Senin, 30 Agustus 2021

ORGANISASI SUMBER KUTIPAN : Sitasi dengan Microsoft Word

ORGANISASI SUMBER KUTIPAN : Sitasi dengan Microsoft Word


Microsoft Word telah lama memberikan support terhadap pekerjaan akademik atau pekerjaan resmi lainnya. Salah satunya ketika seorang penulis mengorganisasi sumber kutipan. Kutipan pada sebuah makalah, penelitian, atau laporan resmi organisasional diperlukan untuk menampilkan kredibilitas atau agar dapat dipercaya pembacanya. Kutipan yang standar memberikan informasi kepada pembaca bagaimana seorang penulis laporan membangun pengetahuannya, sehingga aspek pengutipan juga membantu pembaca untuk mengurangi keragu-raguan terhadap informasi tertulis. Lebih dari itu Microsoft Word memberikan kemudahan teknis untuk menampilkan proses dan hasil pengutipan itu pada bagian daftar pustaka. Kita tidak akan lagi kerepotan mengumpulkan bahan atau sumber fisik dan digital ketika menyusun daftar pustaka atau reference.

Jadi, ketika kita melakukan pengetikan dengan Microsoft Word, kita dapat menggunakan sebuah menu. Namanya adalah 'references'. Pada menu tersebut, sebelah kanan, ada sub menu namanya 'manage sources'. Menu tersebut akan membantu kita lebih disiplin dalam menulis laporan. Ketika kita membaca kemudian memahami suatu sumber, kita dituntut untuk langsung menyimpannya melalui menu tersebut. Ini adalah pengalaman saya menggunakannya sejak Tahun 2006 silam, dan sangat membantu proses editing suatu tulisan.

Oke, langsung saja kita praktikan.

Buka Microsoft Word! kemudian klik menu 'references' dan arahkan pada sub menu 'manage sources'.





Ketika kita membukanya, maka akan tampil layar sebagai berikut:



List pada kotak putih sebelah kiri dan horisontal bawah adalah default dari pekerjaan Saya, jadi diabaikan saja. Setelah kita menggunakan (membaca dan memahaminya) sebuah referensi, dan kita memutuskan untuk menjadi sumber, maka kita klik button 'new' yang ada di tengah, yaitu di bawah button 'edit...':

Coba buka menu 'type of source'! Disana akan tampil jenis atau tipe sumber yang kita gunakan, yaitu:
  1. Buku
  2. Bagian buku
  3. Artikel jurnal
  4. Artikel periodik
  5. Prosiding konferensi
  6. Laporan
  7. Web site
  8. Laporan dari web site
  9. Sumber elektronik
  10. Art
  11. Rekaman suara
  12. Pertunjukkan
  13. Film
  14. Interview
  15. Patens
  16. Lainnya (misclleanous)
Ambil contoh, misalnya kita sedang menggunakan artikel jurnal (3):

Pada menu 'journal article' ada data yang harus kita isi. Pertama ditanyakan, apakah author atau penulisnya itu nama orang atau nama corporate ? Jika sumber yang kita gunakan adalah nama orang dan lebih dari satu orang, maka kita gunakan menu sisi kanan, yaitu 'edit'. Pada menu itu kita dipermudah dengan mencatat nama depan (first name), nama tengah (middle name) jika ada, dan nama terakhir (last name).

Data kedua dan seterusnya adalah judulnya, nama jurnalnya, tahun terbit, dan halaman. Diusahakan memilih artikel dari jurnal yang telah menampilkan kredibilitas, misalnya telah terakreditasi atau terindeks scopus. Maksud data 'halaman' disitu adalah halaman dimana judul artikel si penulis itu ditampilkan pada nama jurnal yang sedang digunakan.

Ketika kita membaca dan memahami suatu artikel jurnal, sebaiknya kita buka juga referensi yang ia atau mereka gunakan. Cara ini, pengalaman Saya, sangat bermanfaat di dalam menemukan intelektual leader suatu topik atau masalah yang sedang kita pahami, dan memudahkan kita untuk menyusun sebuah serial studies yang konsisten dan juga sebagai langkah untuk menginspirasi sebuah novelty atau kebaharuan dari gagasan kita pada suatu pekerjaan akademik. Proses ini akan berpengaruh pada apa yang disebut dengan scientific communication. Saat ini, sistem sitasi akan terkoneksi, dan menu references dari Microsoft Word sangat membantu proses tersebut. Ada juga sih alat lain, misalnya Mendeley yang lebih sofistik.

Nah itu sedikit tambahan keterangan saja.

Kemudahan terakhir dengan sub menu 'manage source' tadi adalah ketika kita ingin menampilkan daftar pustaka atau referensi. Caranya sangat mudah. Kita tentukan dulu 'style'nya apa. Untuk menentukkan jenis 'style' kita buka dulu pada buku pedoman penulisan yang akan kita publish atau laporkan disana. Berikut beberapa jenis 'style' yang ada di Microsoft Word:
  1. APA
  2. Chicago
  3. Harvard
  4. Dan lain-lain.

Selanjutnya, kita klik sub menu 'manage source' lagi untuk memilih sumber yang akan kita masukan pada daftar pustaka. Terlihat ada 2 kota besar sebelah kiri dan kanan. Nah, data referensi yang tadi kita insert akan tampil pada kotak sebelah kiri. Tentu akan bercampur dengan dokumen tulisan lain yang sedang dan telah Anda kerjakan. Kita klik sumber yang akan kita masukan dalam laporan, dan klik 'copy', sehingga sumbernya akan tampil pada kotak sebelah kanan.

Setelah di 'close' kita tinggal klik 'bibliography' di bawah 'style', kemudian pilih 'references', sehingga akan tampil hasilnya sebagai berikut:



Fasilitas ini akan langsung menampilkan dengan 'Harvard Style' yang Saya pilih, dan menampilkannya secara berurutan mengikuti initial name penulis, yaitu dari A hingga Z.

Demikian. Semoga bermanfaat.

YS

Kamis, 19 Agustus 2021

Editing Naskah Penelitian

EDITING NASKAH PENELITIAN KURANG DARI 1 JAM

Yuhka Sundaya
Departmen Ekonomi Pembangunan

Artikel ini Saya tulis dan dilengkapi dengan videonya untuk membantu mahasiswa di dalam menyusun naskah skripsi. Namun tidak menutup kemungkinan berlaku untuk penyusunan laporan penelitian atau laporan resmi lainnya.

Draft naskah penelitian dapat kita pecah ke dalam beberapa bagian :
1. Cover atau sampul
2. Preliminary
3. Isi
4. Akhir

Video yang ditampilkan pada artikel ini menampilkan pengalaman mengelola empat bagian naskah tersebut dalam 1 file. Dilengkapi dengan bagaimana cara menavigasi tulisan kita agar mudah menemukan kesalahan dan segera memperbaikinya, tanpa harus loncat file sana dan sini. 

Semoga bermanfaat.

YS
Video 1. Komponen Naskah


Video 2. Cara Editing Naskah

Selasa, 17 Agustus 2021

Contoh Kriteria Uji Akar Unit

 

Artikel Sebelumnya🚀

Kriteria Uji Akar Unit

Departemen Ekonomi Pembangunan Unisba

Kenyataannya, lag bisa lebih dari 1, dan untuk menentukan banyaknya lag yang optimal, setelah dilakukan ADF test, selanjutnya dilakukan uji akar unit. Suatu data runtun waktu dikatakan integrated of order k atau ditulis dengan I(k), jika setelah didiferensiasi sebanyak k kali menjadi seri yang stasioner. Berbagai seri I(1), karena seri tersebut menjadi stasioner setelah dilakukan diferensiasi satu kali. Jika seri xt dan diferensiasi pertamanya Dxt tidak stasioner, tetapi diferensiasi kedua Dxt2 = Dxt - Dxt-1 adalah stasioner, maka dikatakan I(2). Beberapa variabel ekonomi menunjukkan suatu seri yang stasioner tanpa perlu melakukan diferensiasi, yang disebut dengan I(0). Namun demikian, suatu seri mungkin saja tidak pernah menjadi stasioner, walaupun telah dilakukan diferensiasi beberapa kali. Suatu seri semacam ini dikatakan non-integrated.

Suatu shocks yang terjadi pada seri data stasioner bersifat temporer sepanjang waktu, dan akan segera menghilang dan kembali pada keseimbangan jangka panjangnya. Oleh karena itu, peramalan jangka panjang terhadap pergerakan seri stasioner cenderung menuju pada arah unconditional mean. Menurut Enders (2004), suatu seri stasioner mempunyasi sifat : (1) adanya gejala mean reversion, dimana nilainya berfluktuasi di sekitar mean jangka panjang yang konstan, (2) mempunyai variance yang terhingga (finite) dan time-invariant,  (3) mempunyai korelogram yang cenderung menurun dengan bertambahnya lag.

Pengujian unit root menggunakan Akaike Information Criterion (AIC) dan Schwarz Bayesian Criterion (SBC). Pengujian dilakukan pada tingkat (level) dan perbedaan (difference) pada variabel. Maksud pengujian ini adalah untuk order integrasi dari variabel.

Uji diagnostik ini dimaksudkan untuk mengetahui kestasioneran suatu variabel dengan menggunakan Augmented Dickey Fuller Test (ADF). Kestasioneran seri data variabel pinjaman investasi dan suku bunga diidentifikasi dengan cara membandingkan nilai ADF statistic setiap variabel dengan nilai kritis t* pada tingkat signifikansi sebesar 5 persen. Nilai kritis t* pada tingkat signifikansi sebesar 5 persen dengan jumlah seri sampel waktu sebanyak 156 bulan (2003M1 – 2013M12) diidentifikasi sebesar -3.4478 (tersaji pada Lampiran 2). Hipotesis yang digunakan dalam uji stasioneritas data ini adalah,

Ho :    seri data tidak stasioner

Hi :    seri data stasioner

Ho diterima bila ADF statistic lebih besar dari t* (ADF stat > t*), atau Hi ditolak, yang menunjukkan bahwa suatu seri data memiliki sifat tidak stasioner. Sebaliknya, Ho ditolak bila ADF statistic lebih kecil dari t*, atau Hi diterima, yang menunjukkan bahwa suatu seri data memiliki sifat stasioner. Hasil pengujian selengkapnya disajikan pada lampiran sebagai berikut :

ADF Test

Unit root tests for variable I

The Dickey-Fuller regressions include an intercept but not a trend

*******************************************************************************

119 observations used in the estimation of all ADF regressions.

Sample period from 2003M1 to 2013M12

*******************************************************************************

Test Statistic LL AIC SBC HQC

DF     5.3006 -1180.9 -1182.9 -1185.7 -1184.1

ADF(1) 5.0206 -1180.7 -1183.7 -1187.8 -1185.4

ADF(2) 7.8034 -1164.3 -1168.3 -1173.9 -1170.6

ADF(3) 5.1315 -1161.9 -1166.9 -1173.9 -1169.8

ADF(4) 5.4143 -1160.4 -1166.4 -1174.7 -1169.8

ADF(5) 5.3452 -1159.7 -1166.7 -1176.4 -1170.6

ADF(6) 5.7385 -1157.6 -1165.6 -1176.7 -1170.1

ADF(7) 6.0501 -1155.6 -1164.6 -1177.1 -1169.6

ADF(8) 4.8946 -1155.2 -1165.2 -1179.1 -1170.9

ADF(9) 4.3186 -1155.2 -1166.2 -1181.4 -1172.4

ADF(10) 3.9301 -1155.1 -1167.1 -1183.8 -1173.9

ADF(11) 3.5914 -1155.1 -1168.1 -1186.1 -1175.4

ADF(12) 2.7426 -1151.6 -1165.6 -1185.0 -1173.5

*******************************************************************************

95% critical value for the augmented Dickey-Fuller statistic = -2.8857

LL = Maximized log-likelihood AIC = Akaike Information Criterion

SBC = Schwarz Bayesian Criterion HQC = Hannan-Quinn Criterion



Unit root tests for variable I

The Dickey-Fuller regressions include an intercept and a linear trend

*******************************************************************************

119 observations used in the estimation of all ADF regressions.

Sample period from 2003M1 to 2013M12

*******************************************************************************

Test Statistic LL AIC SBC HQC

DF 1.2494 -1180.8 -1183.8 -1188.0 -1185.5

ADF(1) 1.3639 -1180.6 -1184.6 -1190.1 -1186.8

ADF(2) 2.9053 -1164.3 -1169.3 -1176.3 -1172.1

ADF(3) 2.1058 -1161.9 -1167.9 -1176.3 -1171.3

ADF(4) 2.5353 -1160.4 -1167.4 -1177.1 -1171.3

ADF(5) 2.7597 -1159.7 -1167.7 -1178.8 -1172.2

ADF(6) 3.2925 -1157.6 -1166.6 -1179.1 -1171.6

ADF(7) 3.7967 -1155.5 -1165.5 -1179.4 -1171.1

ADF(8) 3.2566 -1155.2 -1166.2 -1181.4 -1172.4

ADF(9) 2.9504 -1155.1 -1167.1 -1183.8 -1173.9

ADF(10) 2.7448 -1155.1 -1168.1 -1186.1 -1175.4

ADF(11) 2.5185 -1155.0 -1169.0 -1188.5 -1176.9

ADF(12) 1.8259 -1151.6 -1166.6 -1187.4 -1175.0

*******************************************************************************

95% critical value for the augmented Dickey-Fuller statistic = -3.4478

LL = Maximized log-likelihood AIC = Akaike Information Criterion

SBC = Schwarz Bayesian Criterion HQC = Hannan-Quinn Criterion

Unit root tests for variable R

The Dickey-Fuller regressions include an intercept but not a trend

*******************************************************************************

119 observations used in the estimation of all ADF regressions.

Sample period from 2003M1 to 2013M12

*******************************************************************************

Test Statistic LL AIC SBC HQC

DF -1.7796 10.2762 8.2762 5.4971 7.1477

ADF(1) -1.8036 13.0914 10.0914 5.9227 8.3986

ADF(2) -1.8415 15.9849 11.9849 6.4266 9.7278

ADF(3) -1.9405 17.7776 12.7776 5.8298 9.9563

ADF(4) -2.0058 18.3117 12.3117 3.9743 8.9261

ADF(5) -1.9677 18.3535 11.3535 1.6266 7.4037

ADF(6) -1.9478 18.3548 10.3548 -.76168 5.8408

ADF(7) -1.9141 18.3851 9.3851 -3.1210 4.3068

ADF(8) -1.8605 18.5300 8.5300 -5.3657 2.8874

ADF(9) -1.8799 18.6417 7.6417 -7.6435 1.4349

ADF(10) -1.8450 18.6583 6.6583 -10.0164 -.11275

ADF(11) -1.7085 20.5835 7.5835 -10.4808 .24820

ADF(12) -1.7001 20.5836 6.5836 -12.8703 -1.3160

*******************************************************************************

95% critical value for the augmented Dickey-Fuller statistic = -2.8857

LL = Maximized log-likelihood AIC = Akaike Information Criterion

SBC = Schwarz Bayesian Criterion HQC = Hannan-Quinn Criterion


Unit root tests for variable R

The Dickey-Fuller regressions include an intercept and a linear trend

*******************************************************************************

119 observations used in the estimation of all ADF regressions.

Sample period from 2003M1 to 2013M12

*******************************************************************************

Test Statistic LL AIC SBC HQC

DF -2.0819 11.2890 8.2890 4.1203 6.5962

ADF(1) -2.4031 14.6727 10.6727 5.1144 8.4156

ADF(2) -2.8220 18.4781 13.4781 6.5303 10.6568

ADF(3) -3.2953 21.4579 15.4579 7.1205 12.0724

ADF(4) -3.6413 23.0222 16.0222 6.2953 12.0724

ADF(5) -3.6349 23.1681 15.1681 4.0516 10.6541

ADF(6) -3.7051 23.5023 14.5023 1.9963 9.4240

ADF(7) -3.7219 23.7122 13.7122 -.18341 8.0696

ADF(8) -3.6538 23.7766 12.7766 -2.5086 6.5698

ADF(9) -3.9011 24.8034 12.8034 -3.8714 6.0323

ADF(10) -3.9693 25.2087 12.2087 -5.8556 4.8733

ADF(11) -3.4837 25.6885 11.6885 -7.7654 3.7889

ADF(12) -3.6342 26.2954 11.2954 -9.5480 2.8315

*******************************************************************************

95% critical value for the augmented Dickey-Fuller statistic = -3.4478

LL = Maximized log-likelihood AIC = Akaike Information Criterion

SBC = Schwarz Bayesian Criterion HQC = Hannan-Quinn Criterion

 

Contoh Spesifikasi Error Correction Model (ECM)

Spesifikasi Error Correction Model

Departemen Ekonomi Pembangunan Unisba

ECM adalah sistem dinamik dengan ciri menampilkan hubungan jangka pendek dan jangka panjang. Model ECM merupakan salah satu model time series yang secara langsung mengestimasi kepekaan variabel dependen terhadap perubahan pada variabel independennya.

Model ekonometrika awal disajikan pada persamaan (4). Dimana, mengacu pada kerangka pemikiran, besaran pinjaman investasi riil (IP) dijelaskan oleh rasio suku bunga-inflasi aktual (RP), jumlah uang beredar riil (MP) dan deviasi inflasi (PTF). Di bawah persamaan (4) disajikan hipotesisnya, dimana besaran pinjaman investasi riil berhubungan negatif dengan perubahan tingkat suku bunga, sedangkan pengaruh jumlah uang beredar riil dan deviasi inflasi diduga berpengaruh positif terhadap perubahan pinjaman investasi riil. Pengaruh dari inflation targetting framework terekam pada variabel deviasi inflasi tersebut.

IPt = a0 + a1RPt + a2 MPt + a3 PTFt + Ut..................................................           (4)

                             a1 < 0, a2 dan > 0

dimana :
IP           =   Pinjaman investasi riil bulan ke-t (juta rupiah)
RP          =   Rasio suku bunga terhadap inflasi aktual bulan ke-t (persen)
MP         =   Jumlah uang beredar riil bulan ke-t (persen)
PTF        =   Deviasi inflasi aktual dengan inflasi target pada bulan ke-t (persen)
U            =   Error term
a0            =   Konstanta (pinjaman investasi ketika R = 0)
a1 s.d a3  =   Parameter dugaan

Terdapat tantangan dalam menggunakan data time series atau runtun waktu (Gujarati (2004). Penggunaan data time series melibatkan pengujian terhadap sifat data, apakah stasioner atau tidak. Data time series yang bersifat stasioner adalah data dimana mean atau rata-rata dan varian suatu variabel tidak berubah secara sistematis dari waktu ke waktu. Apabila sifat data ini tidak diidentifikasi terlebih dahulu, maka dikhawatirkan hasil estimasi atau koefisien regresinya adalah spurious atau semu dan nonsense atau tidak masuk akal.

Pengujian stasioneritas data dilakukan untuk menentukan atau mempertimbangkan spesifikasi model dan jenis teknik estimasi atau pendugaan yang tepat, sebelumnya disajikan karakteristik data pinjaman investasi, tingkat suku bunga, jumlah uang beredar, dan deviasi inflasi untuk memahami apakah kedua data tersebut stationer atau tidak. Kedua sifat tersebut, selanjutnya akan menentukan pilihan model dan teknik estimasinya.

Uji Stasioneritas Data

Langkah pertama yang dilakukan dalam proses pengolahan data adalah memeriksa kondisi stasionaritasnya, melalui unit root test. Untuk keperluan ini digunakan augmented Dickey-Fuller (ADF). Bagian ini menyajikan teori ekonometrikanya, dan hasi pengujiannya disajikan pada bagian awal bab pembahasan. Mengacu pada teori ekonometrika, nenurut Enders (1995), perlunya tes ini karena inferensia ekonometrika biasa seperti ordinary least square (OLS) dan ECM hanya berlaku untuk data yang bersifat stasioner. Sehingga apabila hasil pengujian stasionaritas menunjukkan bahwa seri data suatu variabel tidak stasioner, maka harus dilihat perbedaan tingkat pertamanya (first difference). Bila tingkat pertama menunjukkan kondisi belum stasioner juga, maka dilanjutkan dengan melihat perbedaan tingkat kedua, dan seterusnya sampai diperoleh kondisi yang stasioner. Pada akhirnya, proses ini akan menghasilkan tingkat atau order integrasi dari variabel tersebut.

Suatu data runtun waktu dikatakan stasioner jika mean (m), variance (σ2y) dan covariance (gs) bersifat terhingga (finite). Secara statistic, variabel yt dikatakan stasioner bila memenuhi kondisi sebagai berikut (Enders, 1995) :

E(yt) = E(yt-s) = m            ............................................................................            (5a)

E((yt - m)2 = E[(yt-s - m)2] = σ2y..........................................................................................    (5b)

E[(yt - m)(yt-s - m)] = E[(yt-s - m)(yt-j-s - m) = gs     .................................                 (5c)

dimana, m, σ2y dan gs adalah konstan.

Analisa stasioneritas pada persamaan autoregressive 1 atau AR(1) ditunjukkan pada persamaan (6).

yt = a0 + a1 yt-1 + et......................................................................................           (6)

dimana et adalah white noise dan i.i.d (identically, independently, distributive). Kondisi intertemporalnya diekspresikan pada persamaan (7).

dengan nilai harapannya (expected value) adalah


Nilai harapan pada periode s adalah


Jika persamaan (3.8) dan (3.9) dibandingkan, maka kedua mean adalah time independent. Karena Eyt tidak sama dengan Eyt+s, maka urutannya tidak dapat stasioner. Namun demikian, bila t besar maka kita dapat mencari limit yt pada persamaan (3.7). Jika |a1|< 1, maka (a1)ty0 akan cenderung mengarah ke nol. Karena t menjadi bear tiak terhingga dan jumlah mengarah ke a0/(1 – a1). Dengan demikian, jika t menuju tak hingga (t®¥) dan |a1|< 1, maka :


dan nilai harapan menjadi


Dengan demikian, nilai mean dari yt adalah terhingga (finite) dan independen terhadap waktu, sehingga E(yt) = E(yt-s) = m untuk semua t. Nilai variancenya diperoleh dari :

E(yt - m)2 = E[(et + a1 et-1 + (a1)2 et-2 + … )2]..............................................     (10a)

              = σ2[(1 + (a1)2 + (a1)4 + … ] = σ2/[1 - (a1)2]................................       (10b)

Persamaan (10b) menunjukkan bahwa variance terhingga (finite) dan time independent. Nilai covariance juga finite dan time independent, seperti ditampilkan pada persamaan (11).

E[(yt - m)(yt-s - m)] = E{[(et + a1 et-1 + (a1)2 et-2 + … ]*

                               [et-s + (a1)2 et-s-1 + (a1)2 et-s-2 + …]}

                           = σ2(a1)s[1 + (a1)2 + (a1)4 + … ]

                           = σ2(a1)s[1 + (a1)2]...........................................................       (11)

Mengestimasi model ekonometrika secara langsung dengan kondisi data yang tidak stasioner, menurut Thomas (1997) dapat menghasilkan regresi dan masalah korelasi yang semu (spurious regression and correlation). Model ECM merupakan salah satu alternatif model yang dapat mengantisipasi data yang bersifat tidak stasioner.

Spesifikasi ECM dari Persamaan 4

Asumsinya, diperlukan waktu 1 bulan untuk mencapai keseimbangan pinjaman investasi, sehingga model ECMnya diekspresikan pada persamaan (12). Subscrip “t” pada persamaan tersebut menunjukkan indikator waktu yang secara umum merepresentasikan periode waktu sebelum dan setelah kebijakan ITF diterapkan sebagaimana dijelaskan pada persamaan (1) sebelumnya. Definisi simbol variabel pada setiap persamaan konsisten dengan keterangan pada persamaan (4).


Selanjutnya adalah melakukan transformasi agar data menjadi stasioner. Secara teknis, tahap pertama adalah mengurangi sisi kiri dan kanan persamaan (2) dengan variabel IPt-1, sehingga diperoleh persamaan sebagaimana ditunjukkan pada persamaan (13).



Berikutnya, dilakukan penambahan dan pengurangan sisi kanan persamaan (13b) dengan a1 RPt-1, a4 MPt-1, dan a6 PTFt-1­, sehingga diperoleh persamaan (14).


Pada persamaan (14), selanjutnya diperoleh informasi parameter sebagai berikut :

a1 adalah elastisitas pinjaman investasi riil terhadap rasio suku bunga terhadap inflasi dalam jangka pendek.
a1 + a2 adalah elastisitas pinjaman investasi riil terhadap rasio suku bunga terhadap inflasi dalam jangka panjang.
 a3 adalah elastisitas pinjaman investasi riil terhadap jumlah uang beredar riil dalam jangka pendek.
a3 + a4 adalah elastisitas pinjaman investasi riil terhadap jumlah uang beredar riil dalam jangka panjang.
a5 adalah elastisitas pinjaman investasi terhadap deviasi inflasi dalam jangka pendek.
a5 + a6 adalah elastisitas pinjaman investasi terhadap deviasi inflasi dalam jangka panjang.
1 – a7 adalah target atau rencana pinjaman investasi yang tercapai.

Referensi

Enders, Walter. 2004. Applied Econometric Time Series. John Wiley & Sons. Inc. Second Edition. United States Of America.

Gujarati, D. Basic Econometrics. The McGraw−Hill Companies. Fourth Edition. 2004.

Thomas, R.L. 1998. Modern Econometrics : An Intoduction. Addison-Wesley. Harlow, England. 


Kamis, 12 Agustus 2021

Masalah Penelitian Skripsinya apa ?

MASALAH PENELITIAN


Saya selalu ‘aga’ gagap ketika menjawab pertanyaan ”apa masalah penelitiannya ?”. Adakah yang senasib dengan Saya ? 😂Variasi jawaban ketika dulu kuliah adalah :

1. Menjawab dengan judul skripsinya.
2. Menjawab dengan pertanyaan penelitiannya.
3. Menjawab dengan tujuan penelitiannya.
4. Sama sekali tidak menjawab dan terlihat bingung.

Semuanya salah gaes 😂, dan paling tidak diomel-omelin pembimbing. 

Masalah penelitian ini penting pada tahap awal penelitian, baik dalam bentuk skripsi, tesis maupun disertasi, karena akan menentukan sekuen atau tahapan penelitian selanjutnya. Jika masalah tidak jelas atau tidak terdefinisi, maka pertanyaan penelitian, tujuan dan komponen lainnya menjadi tidak ada gunanya. Bisa di ’cap’ dengan sebuah ungkapan yang membuat perasaan tidak enak dan ingin menangis, ”penelitiannya ngga jelas’. Dengan kata lain, penelitian itu tidak memiliki orientasi terhadap masalah.

Beberapa keterangan mungkin banyak kita dengar, mengatakan bahwa ”masalah adalah gap antara teori dengan fakta.

Mari kita buka, apa yang dapat kita pahami dari literatur metodologi penelitian. Saya coba buka bukunya Graziano dan Raulin (2014)-Saya singkat dengan GR2014 aja ’ya’. Cover bukunya unik. Seolah ada lansekap laut yang tertutup oleh plat besi berlubang. Ada fenomena yang tertutupi sebuah obyek.

Sumber : Graziano and Raulin, 2014
Gambar 1. Cover Buku Research Methods: A Process of Inquiry. Graziano dan Raulin, 2014

Ada baiknya kita pahami dulu, ”kenapa melakukan penelitian ?”. Katanya untuk memeroleh sains. “Apa tujuan memeroleh sains ?”. “Tujuannya adalah untuk memeroleh pengetahuan mengenai alam semesta”, tutur GR2014. ”Untuk memahami fenomena alam”, tegas mereka.

Terus, ’sains’ itu apa sih ? kadang Saya juga suka ketuker ama ’pengetahuan’, ’ilmu’, bahkan gabungannya ’ilmu pengetahuan’. ”Sains atau science adalah salah satu cara berpikir yang melibatkan pemikiran rasional yang kontinyu dan sistematis dan pengamatan empiris” kata GR2014. Ada dua frase yang Saya tebalkan.

Pemikiran rasional itu apa ? Rasional adalah cara memeroleh pengetahuan melalui penalaran atau reasoning. ’Informasi yang ada’ dinyatakan dengan hati-hati mengikuti aturan logis untuk mencapai simpulan yang dapat diterima. Coba pahami silogisme yang disebut ‘deduktif klasik’ ini:

Premis Mayor ⇒ Semua gagak berwarna hitam.
Premis Minor ⇒  Ini adalah burung gagak.
Simpulan ⇒        Oleh karena itu, gagak ini berwarna hitam.

Simpulan diambil secara logis dari premis mayor dan premis minor. Tapi, coba amati, bahwa proses logis yang sama akan mengarah pada penolakan simpulan berikut:

Premis Mayor ⇒  Semua gagak berwarna hitam.
Premis Minor ⇒   Ini hitam.
Simpulan ⇒          Karena itu, ini adalah burung gagak.

Dalam pendekatan rasionalistik, Simpulan dicapai melalui logika — aturan sistematis yang memungkinkan kita untuk menarik simpulan yang akurat dari serangkaian fakta atau pernyataan dasar. Rasionalisme adalah cara yang lebih dapat diandalkan untuk memeroleh pengetahuan daripada pengetahuan yang bersumber dari ‘tenasiti’, ‘intuisi’, atau ‘otoritas’. Ketiganya adalah jenis pengetahuan atau knowledge selain rasionalisme. Kalau kata seorang Raja ’A adalah B’, maka seluruh rakyat harus menerimanya sebagai ‘kebenaran’. Itulah contoh kebenaran ’otoritas’ yang tidak berlaku untuk akademisi.

Namun, rasionalisme juga memiliki keterbatasan. Kenapa ? Cermati silogisme ini:

Premis Mayor ⇒   Semua anak berusia empat tahun memiliki rasa takut terhadap kegelapan.
Premis Minor ⇒    Lisa adalah seorang anak berusia empat tahun.
Simpulan ⇒          Karena itu, Lisa memiliki rasa takut terhadap kegelapan.

Logikanya jelas dan kesimpulannya benar, kecuali jika Lisa tidak merasa takut akan kegelapan. Apa batasannya? Rasionalisme adalah alat yang ampuh untuk menganalisis proposisi atau teori. Namun, kelemahannya terletak ketika diterapkan peristiwa eksternal. Anggaplah tidak benar bahwa semua anak berusia empat tahun memiliki rasa takut terhadap kegelapan, atau anggaplah Lisa sebenarnya berusia tujuh dan bukan empat, atau anggaplah Lisa adalah nama kapal pesiar dan bukan anak-anak. Batasan utama dari rasionalisme rasio adalah premis-premisnya harus benar, sebagaimana ditentukan oleh beberapa bukti atau temuan lain, untuk sampai pada simpulan yang benar. Keakuratan simpulan tergantung pada proses penalaran dan keakuratan premis.

Pengamatan empiris itu, kemudian apa ? empirisme digunakan untuk memeroleh pengetahuan melalui pengamatan atau observasi— mengetahui sesuatu melalui indera kita. Bagi kelompok empirisme, mereka tidak cukup memeroleh pengetahuan melalui akal (atau keuletan atau intuisi atau otoritas) saja. Pengetahuan diperoleh juga melalui penglihatan (mata), pendengaran (telinga), sentuhan (indera peraba), rasa, dan penciuman. "Aku tidak akan percaya kecuali aku melihatnya!" adalah moto kaum empirisme. Indra yang kita miliki akan memberitahu kita tentang sesuatu.

Namun, empirisme juga memiliki keterbatasan. Ada dua jenis empirisme: empirisme naïve dan sofistik. Pernyataan "Saya tidak akan percaya kecuali saya melihatnya!" adalah contoh empirisme naïve. Misalnya :

Anda belum pernah melihat Hong Kong, Praha, nyack, atau Air Terjun Chippewa”; apakah ini berarti tempat-tempat ini tidak ada?

Karena Anda belum pernah melihat gravitasi atau virus campak”; haruskah Anda menyimpulkan bahwa Anda tidak akan pernah jatuh atau tertular campak?

Saya tidak pernah ditabrak saat berjalan di tengah jalan raya"; apakah itu berarti Anda dapat terus berjalan di jalan raya tanpa diperingati polisi atau pengendara lain ?

Bagaimana bila Anda melihat dengan jelas sesuatu yang ternyata ilusi, seperti pada Gambar 2?

Sumber : Graziano dan Raulin, 2014.
Gambar 2. Realitas ataukah Ilusi ?

Empirisme sofistik melangkah lebih jauh. Orang tidak dapat melihat panas atau gravitasi atau, tanpa bantuan penglihatan, virus campak. Namun, mereka dapat mengamati kenaikan merkuri melalui termometer ketika mereka menaikan suhu panas, atau melihat benda jatuh ke tanah, dan melihat virus melalui elektron mikroskop. Pengamatan empiris dalam sains tidak terbatas pada pengamatan langsung. Kita juga bisa mengamati fenomena secara tidak langsung dengan mengamati dampaknya terhadap objek lain, seperti termometer tadi.

Bagaimana naïve dan sofistik empirisme pada area studi ekonomi ? Ekonom, mungkin, banyak menangkap fakta dengan indera penglihatan, N. Namun ketika menggali data primer dengan wawancara, ekonom menggunakan juga indera pendengaran, O, untuk mencatat suatu fakta yang disampaikan oleh responden. Contoh naïve empirismenya adalah :

  • Orang yang menganggur yang kita lihat disuatu kampung;
  • Harga kopi Americano yang tertera pada menu sebuah café;
  • Jumlah cadangan beras yang ada di Gudang BULOG;
  • Jumlah hasil panen padi;
  • Jumlah produksi pakaian;
  • Nilai tabungan pada buku tabungan Bapak Surya;
  • Nilai kredit pada neraca Bank Spiritual;

Data yang dipublikasikan sebuah instansi, seperti misalnya Badan Pusat Statistik dan Bank Indonesia, menampilkan data sekunder yang dapat kita terima sebagai naïve empirisme. Dapat digunakan untuk melakukan pengamatan empiris. Data sekunder adalah hasil rekaman yang bisa satu titik atau tempat, antar tempat atau kita sebut dengan cross section, dan antar waktu atau kita sebut dengan time serius atau data runtun waktu. Cross section menampilkan variasi atau perbedaan antar subyek atau obyek, misalnya ”jumlah hasil panen padi di Haji Darmin dengan Haji Suryo”. Time series menampilkan variasi atau perbedaan dari satu waktu ke waktu lain, misalnya ”pada kuartal pertama 2020 hasil panen padi Haji Darmin sebanyak 10 ton, dan pada kuartal kedua tahun yang sama hasil panennya sebanyak 12 ton”. Contoh itu menampilkan data primer yang hanya merekam perilaku individual. Ekonom memerlukan juga data yang menampilkan perilaku umum atau populasi, oleh karena itu memerlukan data sekunder. Misalnya, ”Pengangguran terbuka di Negara Indonesia sebanyak 300 ribu orang pada Tahun 2020”, data sekunder ini merekam populasi orang yang tidak punya pekerjaan sama sekali pada Tahun 2020, bukan penganggur individual seperti contoh naïve empirisme sebelumnya.

Bagaimana dengan sofistik empirisme pada area studi ekonomi? Temuan ini biasa ditampilkan sebagai bentuk hasil studi atau penelitian setelah seorang ekonom memilki pola yang sistematik dan terukur. Tidak seperti termometer yang dicontohkan GR2014, melainkan melalui model kuantitatif atau kualitatif yang dikonstruksi terlebih dahulu oleh seorang ekonom. Model adalah alat yang dapat digunakan untuk uji coba atau simulasi agar dapat memperoleh informasi mengenai respon suatu subyek atau obyek seandaikan diberikan perlakuan perubahan tertentu. Sofistik empirisme ini tentu tidak cocok untuk membuka masalah penelitian, karena telah melalui proses pengolahan data. ”Berasnya telah menjadi nasi goreng”.

Idea-Generating Phase untuk membuka masalah penelitian

Pemahaman tentang ‘sains’ sepertinya menjadi modal awal untuk memutuskan masalah penelitian yang perlu diteliti. GR2014 menyebutnya dengan ‘fase memunculkan idea’ atau idea-generating phase.

Fase awal memunculkan ide dapat dimulai dengan pemikiran yang kabur, dan ide awal dapat muncul dengan cara yang sangat tidak sistematis. Archimedes, ”konon memiliki kilasan pemikiran kreatif saat duduk di bak mandi” tulis GR2014. ”Ide bisa dimunculkan saat bercakap-cakap, menonton televisi, berjalan-jalan di hutan, menyeberang jalan, atau bahkan sambil bermimpi” tutur mereka berikutnya. “Namun, para ilmuwan menghasilkan sebagian besar ide penelitian secara sistematis dari hasil penelitian lainnya” tutur mereka. Ide-ide pencarian ulang ’atas sesuatu subyek atau obyek’ bervariasi dari firasat yang tidak sistematis hingga langkah-langkah yang sangat sistematis dan tepat menurut pemikiran logis. Tipe pertama adalah yang paling khas dari penelitian eksplorasi, yang terjadi pada awal sejarah suatu area penelitian; dan yang terakhir adalah karakteristik penelitian pada tingkat yang lebih maju dari area penelitian.

Kita tidak ingin terlalu cepat mengkritik ide awal; kritik yang prematur atau terlalu awal mungkin akan menghancurkan ide bagus yang muncul. Kita harus menilai serius ide-ide awal dan memelihara ide tersebut. Rasa ingin tahu, minat, firasat, dan antusiasme adalah unsur penting dalam sains. Setelah peneliti mengidentifikasi area minat, makan akan berguna atau mudah untuk langsung mengumpulkan dan membaca artikel dan buku, serta berkomunikasi dengan orang-orang yang bekerja atau melakukan penelitian pada area tersebut.

Berargumentasi di Latar Belakang

Kuncinya adalah membuat alinea. Alinea atau paragraph adalah penjelasan tentang satu ide pokok. Hindari dalam 1 alinea yang mencakup lebih dari 1 ide pokok, agar memudahkan pembaca untuk memahami apa yang sedang dijelaskan dan anak kalimat yang konsisten mendukung penjelasannya. Antar ide pokok pada latar belakang, sifatnya saling terkait, dan berurutan atau sekuen. Pelihara, jangan sampai ada ide pokok yang masuk secara tiba-tiba atau tidak membentuk 'rantai logika'.

Ada dua tipe alinea. Alinea deduktif dam alinea induktif. Alinea deduktif strukturnya adalah ide pokok ditempatkan pada awal alinea, dan berikutnya diikuti oleh anak kalimat sebagai keterangan penjelasnya. Alinea induktif, sebaliknya, menempatkan ide pokok pada akhir alinea. Anak kalimatnya ditempatkan dari awal alinea. Kebanyakan buku teks berbahasa Inggris, biasanya menggunakan alinea deduktif. Kelebihan alinea deduktif adalah memberikan kemudahan bagi pembaca untuk melakukan scanning dan skimming dalam memahami suatu konteks dan teks. Tapi, relatif juga 'sih'.

Ide pokok mungkin sepadan dengan frase 'premis mayor'. Jadi suatu ide pokok, dapat kita angkat setelah kita mengumpulkan premis minor yang serumpun. Premis minor diangkat dari data yang mewakili fakta yang relevan. Premis minor yang diangkat dari data akan membentuk sebuah ide pokok. Disinilah 'seni' berpikir dan berkomunikasi secara tertulis. Logika kita akan berputar, menginterpretasi dan mengolah pikir data yang sedang kita baca. Logikanya akan keluar atau mengalir ketika kita memahami arti teks dan angka dari data yang sedang kita pahami. Kadang kita perlu membuka definisi suatu teks dan angka pada dokumen data yang sedang kita pahami itu untuk membantu mengungkapkan premis minor. Pengalaman membaca buku teks dan artikel jurnal serta dokumen penelitian secara serius dan intens akan memberikan kemampuan bagi kita untuk menangkap suatu ide pokok. 

Untuk lebih jelasnya, Saya tampilkan sebuah contoh, yang belum tentu 'bener' juga sih, tapi setidaknya adalah pengalaman Saya menulis dan memeroleh respon dari penggunanya yang berkontribusi pada konfidensi Saya dalam menulis informasi ilmiah dan tidak ilmiah.

Contoh

Kalimat dengan teks berwana biru menunjukkan ide pokok, dan teks berwarna hitam menunjukkan anak kalimat yang menjelaskan ide pokok yang dimaksud. Jadi saya pake gaya alinea 'deduktif'. Ide pokok dulu terus anak kalimatnya. Anak kalimatnya diangkat dari hasil pengamatan dari dokumen ASEAN dan data sekunder. 
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
ASEAN adalah warisan kelembagaan yang telah memberikan manfaat bagi ASEAN Member States (AMS). ASEAN didirikan pada tanggal 8 Agustus 1967 di Bangkok, Thailand, dengan ditandatanganinya Deklarasi ASEAN (Bangkok Declaration) oleh para Founding Fathers ASEAN, yaitu Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura dan Thailand. Brunei Darussalam kemudian bergabung pada 7 Januari 1984, Viet Nam pada 28 Juli 1995, Laos dan Myanmar pada 23 Juli 1997, dan Kamboja pada 30 April 1999, membentuk apa yang sekarang disebut sebagai sepuluh Negara Anggota ASEAN (The ASEAN Secretariat, 2021). ASEAN mengoordinasi aktivitas politik, ekonomi, sosial, budaya, dan inisiatif lintas sektor, sehingga telah menghasilkan banyak manfaat dari perputaran ekonomi seperti perdagangan dan investasi.

Beragam organisasi dan sumber daya manusia yang eksis pada AMS telah mendayagunakan sumber dayanya untuk memenuhi kebutuhan domestik dan luar negeri. Organisasi pada setiap AMS tentu beragam dari jenis dan orientiasinya, namun mereka menghasilkan barang dan jasa dengan menggunakan sumber daya manusia, sumber daya alam, modal buatan dan teknologi. Hasil tahunannya tercermin melalui produk domestik bruto. Sebelum pandemi Covid-19, ASEAN Statistical Leaflet 2020 melaporkan perkembangan ekonomi AMS. Pertumbuhan ekonomi AMS mencapai 4.6 persen pada Tahun 2019. Pertumbuhan ekonomi tertinggi, yaitu 7 persen, dicapai oleh Cambodia dan Viet Nam. Pada level 6 persen dicapai oleh Lao PDR, Myanmar dan Phillippines. Pada level 5 persen dicapai oleh Indonesia. Pada level 4 persen dicapai oleh Malaysia (4.3%) dan Brunei Darussalam (3.9%). Negara Thailand dan Singapore secara berurutan 2.4% dan 0.7%.

Catatan : pada alinea dua, Saya menggunakan pengetahuan atau knowledge tentang 'produk domestik bruto'.

Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi dan Persentase Penduduk yang Hidup di Bawah Garis Kemiskinan, ASEAN Member States (AMS), 2020.

Negara

Pertumbuhan PDB Harga Konstan

Persentase Penduduk yang Hidup di Bawah Garis Kemiskinan

Brunei Darussalam

3.9

NA

Cambodia

7.1

13.5

Indonesia

5.0

9.8

Lao PDR

6.4

23.4

Malaysia

4.3

0.4

Myanmar

6.2

24.8

Phillippines

6.0

16.6

Singapore

0.7

NA

Thailand

2.4

7.9

Viet Nam

7.0

6.8

AMS

4.6

12.9

Sumber: ASEAN Secretariat, 2020

Sepertinya, tingkat pertumbuhan ekonomi pada setiap AMS tidak menjamin rendahnya kemiskinan. Di Negara Cambodia tercatat persentase penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan sebesar 13.5%, padahal kecepatan pertumbuhan ekonominya paling tinggi di AMS. Di Lao PDR tercatat 23.4% penduduknya hidup di bawah garis kemiskinan, padahal pertumbuhan ekonominya lebih tinggi dari Myanmar, Phillippines dan Indonesia. Di Malaysia sendiri tingkat kemiskinannya adalah 0.4%, padahal pertumbuhan ekonominya tidak secepat Indonesia. Indonesia memiliki tingkat kemiskinan sebesar 9.8%.

Ketika pertumbuhan ekonomi ASEAN adalah cermin dari hasil perputaran ekonomi, tetapi data statistik kemiskinan memberikan catatan adanya mekanisme perputaran ekonomi yang koneksinya lemah terhadap masalah kemiskinan yang menjadi salah satu tujuan sustainable development goals (SDGs).

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Box : Analisis Rasional :

Premis Mayor

Ekonomi AMS tumbuh sebesar 4.6 % dengan tingkat kemiskinan 12.9%.

Premis Minor

Pertumbuhan ekonominya memilki besaran yang berbeda-beda.

Premis Minor

Pertumbuhan ekonomi  Cambodia dan Viet Nam levelnya 7 %.

Premis Minor

Pertumbuhan ekonomi Lao PDR, Myanmar dan Phillippines levelnya 6 %.

Premis Minor

Pertumbuhan ekonomi Indonesia levelnya 5 persen.

Premis Minor

Pertumbuhan ekonomi Malaysia dan Brunei Darussalam levelnya sekitar 4 %.

Premis Minor

Pertumbuhan ekonomi Thailand dan Singapore secara berurutan 2.4% dan 0.7%.

Premis Minor

% penduduk miskin tertinggi berada di negara AMS dengan level pertumbuhan ekonomi tertinggi.


Simpulan rasional (bukan simpulan penelitian, melainkan keterangan logis yang menjadi embrio penelitian empiris):
"Pertumbuhan ekonomi diikuti oleh tingginya kemiskinan pada AMS"
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Kandidat judul penelitian dari latar belakang masalah tersebut adalah “Analisis Pertumbuhan Ekonomi dan Kemiskinan pada Negara Anggota ASEAN”. Kata ’analisis’ memiliki makna ’memahami’ atau 'inquiry'. Memahaminya dengan cara apa ? jawabannya diuraikan pada tujuan penelitian.

Demikian, semoga bermanfaat, dan terimakasih jika berkenan memberikan kritik dan saran atas artikel ini.

Referensi 

Graziano, A., & Raulin, M. (2014). Research Methods : A Process of Inquiry (8 ed.). United States of America.
The ASEAN Secretariat. (2021, August 8). About ASEAN. Retrieved from Association of Southeast Asian Nations: https://asean.org/about-us/

 

 

Selasa, 10 Agustus 2021

Contoh Aplikasi Goals Programming

Artikel ini menyajikan contoh aplikasi goal programming pada masalah makroekonomi regional. Teorinya tersaji pada link berikut :

📁

Target Tercapainya Kebijakan Fiskal, Ketenagakerjaan, Investasi dan Ekspor di Jawa Barat

Yuhka Sundaya

Abstract. Penelitian ini bertujuan untuk [1]menentukan nilai output optimal sektor pertanian, industri manufaktur, bangunan/konstruksi, sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor jasa-jasa di Jawa Barat; [2] menganalisis tingkat pemanfaatan output sektor pertanian, industri manufaktur, bangunan/konstruksi, sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor jasa-jasa di Jawa Barat; dan [3] mengukur target tercapainya surplus/defisit anggaran pemerintah, penyerapan tenaga kerja, investasi dan permintaan ekspor di Jawa Barat. Dengan menggunakan program tujuan ganda maka disimpulkan bahwa [1] output sektor pertanian, industri manufaktur, bangunan/konstruksi, sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor jasa – jasa masing-masing harus mengalami kenaikan sebesar 1.29 miliar, 0.8 miliar, 7.75 miliar, 0.93 miliar dan 1.016 miliar rupiah untuk memenuhi keempat target yang ditetapkan, [2] output sektor pertanian, industri manufaktur, bangunan/konstruksi, dan sektor perdagangan, hotel dan restoran telah dimanfaatkan 100 persen, hanya sektor jasa-jasa yang outputnya dimanfaatkan oleh kegiatan perekonomian sebesar 97 persen, dan [3] dilihat dari pencapaian target, menunjukkan bahwa target penyerapan tenaga kerja dapat dicapai oleh perekonomian Jawa Barat, sedangkan investasi dan permintaan ekspor berbagai komoditi mampu melebihi target. Dan disimpulkan pula bahwa pemerintah menggunakan strategi kebijakan fiskal ekspansioner yang dibuktikan dengan adanya anggaran pemerintah yang belum tercapai sebesar 12.77 milyar rupiah.

Keywords : Goal Programming 

1. Latar Belakang

Perekonomian Jawa Barat selama ini memegang peranan penting dalam menunjang pembangunan nasional. Tidak hanya melalui sumbangan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)nya saja, akan tetapi selama ini Propinsi Jawa Barat telah menjadi tumpuan banyak penduduk untuk mencari kehidupan yang lebih baik.

Kebijakan ekonomi pemerintah memegang peranan penting di dalam mempertahankan prestasi ekonomi Jawa Barat. Oleh karena itu, pemerintah yang secara umum berfungsi sebagai alokator sumberdaya, dinamisator dan stabilisator dan distributor dituntut untuk menyusun kebijakan ekonomi yang tepat.

Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dalam mengukur prestasi suatu perekonomian. Walaupun berdasarkan indikator ini kita tidak dapat melihat kinerja perekonomian dalam aspek distribusi atau pemerataan pendapatan. Sehingga, sekurang-kurangnya pemenuhan kesempatan kerja dalam perekonomian merupakan pendekatan untuk menciptakan pemerataan pendapatan.

Pemerintah memiliki fungsi sebagai dinamisator perekonomian melalui kebijakan perpajakan, subsidi dan instrumen pengeluaran lainnya. Karenanya alokasi anggaran pemerintah harus didistribusikan secara optimal. Banyak penelitian dengan menggunakan program tujuan ganda yang bertujuan untuk mencari solusi optimum. Menurut Taha (1997) dan Nasendi (1985) sebenarnya program tujuan ganda tidak perlu atau tidak harus mencari nilai optimum, yang lebih moderat adalah program tujuan ganda dapat mencapai nilai tujuan yang efisien.

Dariah dan Sundaya (2005) mencoba melakukan simulasi kebutuhan investasi di Jawa Barat dalam upaya memenuhi target pertumbuhan beberapa sektor riil yang dilansir mampu meningkatkan pendapatan penduduk miskin. Hasil akhirnya, pertumbuhan sektor pertanian, sektor industri pengolahan, sektor bangunan dan konstruksi, sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor jasa disarankan untuk tumbuh di atas 200 persen agar mampu meningkatkan pendapatan buruh tani dan penduduk miskin kota dan desa di Jawa Barat hingga minimal pendapatan rumah tangga ini per bulan mencapai Rp1 600 000.

Mencermati exixting condition perekonomian Jawa Barat saat ini, nampaknya rekomendasi hasil simulasi tersebut membutuhkan waktu lama karena investasi terkait dengan penyediaan berbagai infrastruktur sebagai insentif bagi investor. Bagaimanapun, saat ini pemerintah memiliki keterbatasan di dalam hal penerimaan dan kapasitas perekonomian secara umum. Karenanya keterbatasan ini menuntut adanya prioritas-prioritas di dalam kebijakan ekonomi.

2. Rumusan Masalah

Pemerintah Provinsi Jawa Barat saat ini memiliki semangat untuk mengakselerasi pembangunan ekonomi. Sasaran tahun 2008 sebagai upaya untuk mencapai akselerasi pembangunan ekonomi tersebut adalah :

[1] Laju pertumbuhan ekonomi (LPE) minimal 4,5 % per tahun
[2] Kemiskinan kurang dari 9 juta jiwa
[3] Pengangguran 6,5%-7,5% per tahun
[4] Minat dan realisasi investasi bertambah sampai 10-12 % per tahun
[5] Kontribusi peran KUKM terhadap PDRB meningkat
[6] Indek gini Jabar berada di bawah 0,28
[7] Meningkatkan kualitas infrastruktur wilayah

Kendala yang relevan dengan tujuan tersebut adalah kapasitas produksi sektor produktif. Selam krisis ekonomi intermediasi bank terhadap sektor riil semakin renggang dan beberapa sektor produktif mengalami penurunan di dalam outputnya.

Berdasarkan masalah tersebut, maka penelitian ini membatasi masalah dengan pertanyaan berikut :
"Bagaimanakah target tercapainya kebijakan fiskal, ketenagakerjaan, investasi, dan ekspor di Jawa Barat ?"

3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini secara spesifik adalah :

[1] Menentukan nilai output optimal sektor pertanian, industri manufaktur, bangunan/konstruksi, sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor jasa-jasa di Jawa Barat;
[2] Menganalisis tingkat pemanfaatan output sektor pertanian, industri manufaktur, bangunan/konstruksi, sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor jasa-jasa di Jawa Barat; dan
[3] Mengukur target tercapainya surplus/defisit anggaran pemerintah, penyerapan tenaga kerja, investasi dan permintaan ekspor di Jawa Barat.

4. Kerangka Teori

4.1 Peran dan Fungsi Kebijakan Fiskal

Kebijakan fiskal dapat diartikan sebagai kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan pengumpulan dana yang dilakukan oleh pemerintah dan bagaimana mengalokasikan sumber daya finansial tersebut. Pada tataran operasional, kebijakan fiskal merupakan salah satu instrumen kebijakan pemerintah dari sisi permintaan yang berkaitan dengan besaran anggaran, dan dapat dipakai untuk mencapai target output, angka pengangguran dan inflasi pada tingkat tertentu. Dengan demikian kebijakan fiskal meliputi dua aspek utama, yaitu sisi penerimaan dan pengeluaran dari budget pemerintah. Budget atau anggaran negara (APBN) merupakan wadah dimana kebijakan fiskal (pajak, pengeluaran, subsidi, proses alokasi dana) diinformasikan dan dijabarkan secara legal sebagai kebijakan negara (Depkeu, 2001).

Menurut Branson (1989; 75) kebijakan fiskal secara umum dinyatakan sebagai kebijakan bagaimana mengelola permintaan. Pada tataran operasional, kebijakan fiskal merupakan salah satu instrumen kebijakan pemerintah dari sisi permintaan berkaitan dengan besaran anggaran (struktur pajak, belanja pemerintah, dan subsidi) yang dapat dipakai untuk mencapai target output, angka pengangguran, dan inflasi pada level tertentu. Dengan demikian tujuan dari kebijakan fiskal ini (yang tentunya bersama-sama dengan kebijakan moneter) adalah untuk memelihara output mendekati full employment dan stabilitas tingkat harga (keseimbangan internal untuk kaus perekonomian tertutup). Munculnya excess demand akan menyebabkan inflasi, sedangkan ketidakcukupan dalam permintaan akan menimbulkan pengangguran secara temporer dan deflasi.

Berdasarkan arah perubahan nilai variabel target yang menjadi tujuan kebijakan, ada kebijakan yang bersifat ekspansi dan kontraksi. Kebijakan ekspansi yaitu kebijakan ekonomi makro yang mempunyai tujuan untuk memperbesar kegiatan ekonomi, yang umumnya diambil pada masa-masa perekonomian yang menghadapi banyak pengangguran dan kapasitas produksi nasional belum dalam pemanfaatan penuh. Sedangkan kebijakan kontraksi sebaliknya mempunyai tujuan untuk menurunkan kegiatan ekonomi, yang umumnya dilakukan pada masa-masa perekonomian dalam keadaan overemployment, yaitu keadaan dimana permintaan agregat melampaui besarnya kapasitas produksi nasional.

Kebijakan fiskal mempunyai empat fungsi atau tujuan utama, yaitu (Arief, 1996).

1. Fungsi alokasi. Fungsi alokasi ini menemukan keseimbangan yang tepat dalam mengalokasikan sumber-sumber ekonomi. Dengan kata lain, fungsi ini berkaitan dengan cara pemerintah membelanjakan anggaranya ditinjau dari sudut sektor maupun daerah.

2. Fungsi Redistribusi. Fungsi ini melakukan proses redistribusi kekayaan dan pendapatan antara golongan ekonomi dalam masyarakat, sehingga dapat dikatakan kebijakan fiskal dapat mempengaruhi distribusi pendapatan.

3. Fungsi Stabilitasi. Fungsi Stabilitasi menentukan arah pertumbuhan dan kestabilan perekonomian nasional. Sehingga kebijakan fiskal adalah bagaimana menciptakan kondisi sehingga perekonomian dapat mengarah ke pemanfaatan sumberdaya secara penuh (full employment)

4. Fungsi Dinamisasi. Fungsi dinamisasi diwujudkan dalam bentuk perintisan kegiatan-kegiatan ekonomi tertentu seperti pemekaran kota dengan jalan antara lain memindahkan pusat kegiatan pemerintah daerah kelokasi baru, artinya pemerintah merencanakan dan memodali pembangunan dan paling bertanggung jawab dalampelaksanaannya dan berhak melakukan apasaja yang menurutnya pantas ditempuh demi pembangunan.

Penelusuran pengaruh APBN pada perekonomian nasional dapat dilakukan setidaknya melalui tiga jalur yaitu kebijakan sisi penerimaan (revenue policy), kebijakan pengeluaran (expenditure policy), dan kondisi keseimbangan anggaran yang bisa defisit, surplus atau berimbang (Depkeu, 2001).

Anggaran negara menjadi hal yang menjadi permasalahan ketika pengerluaran melebihi penerimaannya atau yang dikenal dengan defisit anggaran. Defisit tersebut harus dapat diatasi dengan mencari sumber pembiayaan defisit baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Mencari pinjaman atau berutang merupakan salah satu cara dan sekaligus cara yang diterapkan Indonesia untuk menutup defisit.

4.2. Utang Pemerintah

Pembiayaan defisit dengan utang merupakan cara yang paling banyak digunakan oleh negara-negara dalam upaya mempertahankan kelangsungan anggarannya. Selain dengan utang, pembiayaan defisit dapat ditempuh dengan cara menjual aset negara dan memperoleh bantuan bantuan atau grant. Utang pemerintah untuk menutup defisit tersebut bisa berasal dari dalam negeri dan luar negeri.

Utang Dalam Negeri
Utang dalama negeri dapat dibedakan atas (Dornbusch dan Fischer, 1987):
1. Pinjaman langsung ke masyarakat berupa penjualan obligasi sehingga pemerintah memperoleh dana dari masyarakat.
2. Penjualan obligasi di pasar internasional
3. Pencetakan uang(money printing)

Dampak dari masing-masing utang tersebut akan berbeda efeknya pada kinerja makroekonomi.

Utang Luar Negeri
Utang luar negeri yang diperoleh selama ini berasal dari negara negara lain (bilateral) dan pinjaman dari beberapa lembaga keuangan internasional maupun dari kelompok-kelompok negara tertentu (multilateral). Utang luar negeri yang diperoleh biasanya disertai dengan komitmen-komitmen tertentu yang dinyatakan dalam memorandum of understanding (MOU).

4.5. Studi Sebelumnya

Dariah dan Sundaya (2005) pernah melakukan penelitian yang bertujuan untuk 1] mengidentifikasi sektor-sektor ekonomi produktif yang berdampak signifikan terhadap peningkatan pendapatan buruh tani dan golongan pendapatan rendah desa dan kota di Propinsi Jawa Barat (leading sectors), 2] mengestimasi besarnya investasi yang dibutuhkan oleh leading sektor tersebut sedemikian rupa sehingga dapat mencapai tingkat pendapatan yang sesuai dengan tuntutan dalam Millenium Development Goals, dan 3] menentukan bentuk dan arah investasi yang efektif. Dengan menggunakan pendekatan Social Accounting Matrices tahun 2002 yang dikombinasikan dengan hasil survey, penelitian ini menyimpulkan bahwa pertumbuhan output leading sektor yang bias terhadap kenaikan pendapatan buruh tani secara simultan memberikan dampak paling besar pula terhadap kenaikan pendapatan golongan pendapatan rendah desa dan kota di Propinsi Jawa Barat. Dengan mengarah pada perbaikan kesejahteraan penduduk miskin melalui kenaikan pendapatan, hasil simulasi menunjukkan dibutuhkan investasi di sektor pertanian, sektor industri makanan, minuman & tembakau, sektor bangunan & konstruksi, sektor perdagangan, hotel & restoran dan sektor jasa-jasa secara berurutan sebesar Rp.44 078 juta, Rp.1 412 516 juta, Rp.70 906 852 juta, Rp.1 236 025 juta, dan Rp.137 684 juta. Dengan struktur investasi sektoral itu, pertumbuhan output kelima sektor di atas akan meningkat secara berurutan sebesar 240%, 260%, 296%, 272% dan 256%. Hasil akhirnya, pendapatan buruh tani menjadi sebesar Rp.291 382 per kapita per bulan dan pendapatan golongan pendapatan rendah dan desa menjadi lebih besar lagi yang secara berurutan menjadi sebesar Rp.1 018 968 dan Rp.833 092 per kapita per bulan. Untuk sektor pertanian, bentuk dan arah investasi lebih baik diarahkan untuk inovasi aspek kelembagaan, untuk sektor industri, makanan, minuman & tembakau lebih baik investasi diarahkan untuk riset diversifikasi utilisasi produk-produk pertanian menjadi makanan olahan yang beragam, untuk sektor perdagangan hotel & erstoran sebaiknya investasi diarahkan pada penataan kawasn perdagangan yang tepat dan optimal, untuk sektor bangunan dan konstruksi sebaiknya investasi diarahkan pada pembangunan infrastruktur yang mendesak untuk disediakan dan investasi di sektor jasa-jasa sebaiknya diarahkan pada terbentuknya lembaga yang dapat mentransfer teknologi kepada petani.

5. Metode Penelitian

5.1. Model Ekonomi

Penelitian ini menggunakan data sekunder yang bersumber dari tabel Neraca Sosial Ekonomi Jawa Barat tahun 2002 (updating). Untuk memperoleh nilai yang efisien, maka penelitian ini mengaplikasikan program tujuan ganda (multiple goal programming) yang mana praktek perhitungannya dibantu dengan program komutasi LINDO. Program tujuan ganda dapat memberikan model ekonomi yang lebih realistis. Kenyataannya setiap target atau rencana tidak sepenuhnya tercapai. Karena program ini concern dengan isu tersebut, maka tujuan penelitian yang telah ditetapkan sebelumnya relevan dengan program tujuan ganda atau goal programming. Model ekonomi dengan program tujuan ganda selengkapnya disajikan sebagai berikut :

Tujuan :
Minimisasi : Z = DU1 + DU2 + DU3 + DU4

Syarat ikatan :
Dimana :
DO1 = Target penyerapan tenaga kerja yang berlebih
DU1 = Target penyerapan tenaga kerja yang tidak tercapai
DO2 = Target investasi swasta yang berlebih
DU2 = Target investasi swasta yang tidak tercapai
DO3 = Target ekspor yang berlebih
DU3 = Target ekspor yang tidak tercapai
DO4 = Target surplus/defisit pengeluaran pemerintah yang berlebih
DU4 = Target surplus/defisit pengeluaran pemerintah yang tidak tercapai
Xi = sektor ke i, untuk i = 1, 2, 3, 4, dan 5;
ai, bi, ci, di, ei, fi, gi, hi, ii, dan ji adalah koefisien.


5 sektor ekonomi yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Pertanian
2. Industri Manufaktur
3. Bangunan/Kontruksi
4. Perdagangan, Hotel & Restoran
5. Jasa-Jasa

Sesuai dengan penelitian sebelumnya, 5 sektor ekonomi tersebut ditonjolkan karena peranannya yang signifikan di dalam perekonomian Jawa Barat terkait dengan peningkatan pendapatan penduduk miskin.

5.2. Data

Tabel 1 menyajikan data yang akan digunakan dalam proses estimasi untuk menjawab tujuan penelitian yang ditampilkan dalam bentuk yang analog dengan input- output. Selengkapnya disajikan sebagai berikut.

Tabel 1. Tabel Input – Output Provinsi Jawa Barat Tahun 2003 (miliar rupiah)
Sumber : BPS, data diolah
Keterangan :
RHS = right hand side atau nilai sisi sebelah kanan dari setiap variabel

6. Hasil dan Pembahasan

Hasil estimasi model ekonomi yang meminimisasi target penyerapan tenaga kerja, investasi, permintaan ekspor, dan surplus/defisit anggaran yang masing-masing belum tercapai dengan syarat ikatan ketersediaan output sektor produktif dan bahan baku impor menghasilkan berapa besarnya pertambahan output sektor produktif yang harus ditingkatkan, sisa output yang tidak terpakai dan terakhir besarnya target yang tidak tercapai atau yang melebihi target.

6.1. Output Sektor Pertanian, Industri Manufaktur, Bangunan/Konstruksi, Perdagangan, Hotel & Restoran Serta Jasa yang Optimal

Nilai output sektor produktif untuk memenuhi tujuan yang telah ditetapkan ditampilkan dalam tabel 2.

Tabel 2. Nilai Output Sektor Produktif yang Optimal di Jawa Barat

Sektor Produktif

Perubahan

(miliar rupiah)

Pertanian (X1)

1.296207

Industri Manufaktur (X2)

0.802553

Bangunan/Konstruksi (X3)

7.751132

Perdagangan, Hotel dan Restoran (X4)

1.016017

Jasa-Jasa (X5)

0.930345

                      Sumber : Hasil Estimasi

Berdasarkan tabel 2 dinyatakan bahwa output sektor sektor produktif atau PDRB menurut lapangan usaha direkomendasikan untuk mengalami kenaikan sebesar 11.79 miliar rupiah dari periode sebelumnya. Sektor bangunan dan konstruksi yang menurut Dariah dan Sundaya (2005) memiliki dampak besar terhadap kenaikan pendapatan penduduk miskin nampaknya harus tumbuah lebih besar dibandingkan dengan sektor produktif lainnya. Output sektor ini harus meningkat sebesar 7.75 miliar rupiah. Sedangkan untuk sektor pertanian, industri manufaktur, sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor jasa-jasa harus mengalamai kenaikan masing-masing sebesar 1.29 triliun, 0.8 triliun, 1.0168 trilun dan 0.93 trilun.

6.2. Pemanfaatan Output Sektor Produktif di Jawa Barat

Tabel 3 menampilkan tingkat pemanfaatan output berbagai sektor produktif di Jawa Barat. Berdasarkan pada tabel 3 teridentifikasi bahwa output sektor pertanian di Jawa Barat yang telah dimanfaatkan 100 persen oleh kegiatan perekonomian di Jawa Barat. Begitupun dengan output sektor industri manufaktur, bangunan/konstruksi, serta sektor perdagangan, hotel dan restoran. Hanya output sektor jasa yang baru termanfaatkan sebesar 97 persen. Sub sektor yang termasuk ke dalam sektor ini adalah sektor pengangkutan dan komunikasi, persewaan dan jasa perusahaan serta sektor jasa lainnya termasuk jasa pemerintah, jasa pendidikan dan jasa sosial lainnya.

Tabel 3. Tingkat Pemanfaatan Output Sektor Produktif, Jabar

Sektor Produktif

Nilai Output, 2002

Sisa

(miliar rupiah)

Tingkat Pemanfaatan

(%)

Pertanian

5161,07

0

100

Industri Manufaktur

131456,00

0

100

Bangunan/Konstruksi

8961,00

0

100

Perdag, Hotel & Restoran

8653,42

0

100

Jasa-Jasa

20108,60

547.757324

97

                 Sumber : Hasil Estimasi

6.3. Pencapaian Target Kebijakan Fiskal, Ketenagakerjaan, Investasi dan Ekspor

Tabel 4 menampilkan target-target dari tujuan yang belum tercapai atau yang telah melebihi target.

Tabel 4. Pencapaian Target Kebijakan Fiskal, Ketenagakerjaan, Investasi dan Ekspor (miliar rupiah)

Target

DU/DO

Penyerapan TK

0

Investasi

36 199.68750

Permintaan ekspor

12 355.72265

Surplus/Defisit Anggaran Pemerintah

-12 765.18066

                        Sumber : Hasil Estimasi
                        Keterangan :
                        DU = target yang tidak tercapai (-)
                        DO = target yang berlebih (+)

Hasil estimasi dalam tabel 6 menunjukkan hal yang menggembirakan bagi pemerintah Provinsi Jawa Barat. Dikemukakan bahwa target penyerapan tenaga kerja di Provinsi ini mampu tercapai. Selain itu terdapat kelebihan dalam target investasi dan permintaan ekspor. Penanaman modal atau investasi yang melebihi target di Provinsi Jawa Barat sebesar 36.199 triliun dan ekspor berbagai komoditi yang melebihi target sebesar 12.36 triliun rupiah.

Sementara itu, dari sisi kebijakan anggaran nampak bahwa terdapat kekurangan penerimaan APBD Jawa Barat sebesar 12.77 miliar rupiah. Dengan perkataan lain selama ini pemerintah Provinsi Jawa Barat menggunakan kebijakan defisitnya untuk memacu roda perkonomian Jawa Barat. Hal ini mengindikasikan juga bahwa pemerintah menggunakan kebijakan fiskal eskpansioner yang hasilnya terihat bahwa target penyerapan tenaga kerja dapat terpenuhi.

6.4. Analisis Ekonomi Jawa Barat

Mencermati hasil-hasil estimasi yang diinterpretasikan dalam sub bab sebelumnya terlihat bahwa kinerja sektor produktif dan secara langsung maupun tidak langsung kinerja pemerintah dapat dinyatakan baik. Pernyataan ini di dukung oleh banyaknya target yang tercapai terutama target penyerapan tenaga kerja. Penyerapan tenaga kerja merupakan akar persoalan perekonomian. Dengan terserapnya tenaga kerja dalam kegiatan ekonomi, maka dapat mendorong kenaikan output sektor produktif di Jawa Barat yang secara simultan meningkatkan dan mengembangkan pemerataan pendapatan bagi penduduk usia kerja atau angkatan kerja. Namun, kelemahan model ini tidak mengukur secara eksplisit tercapainya target pengurangan pengangguran. Namun demikian, secara sebaliknya dengan meminimisasi target penyerapan tenaga kerja yang tidak tercapai sekurang-kurangnya dapat mewakili isu tersebut.

Selama ini isu kekurangan modal di kalangan pengusaha mendorong pemerintah untuk membuat kebijakan ekonomi agar mampu menyerap investasi dalam kegiatan produktif di Jawa Barat. Hasil estimasi menunjukkan terdapat kelebihan investasi masuk dari yang direncanakan. Berdasarkan hasil survey yang belum di publikasikan, ternyata banyak pengusaha kecil dan menengah yang mengembangkan usahanya dengan investasi yang bersumber dari keuntungannya dan modal keluarga. Tentu saja ini merupakan perilaku yang positif. Setiap keuntungan dan direinvestasikan akan memberikan kontribusi bagi penyerapan tenaga kerja, seperti yang diprediksi oleh Lewis. Karenanya, dengan tercapainya target penyerapan tenaga kerja dan investasi ini, yang mana keduanya merupakan input dalam kegiatan produktif, maka secara simultan pula dapat meningkatkan output sektor produktif di Jawa Barat. Berdasarkan studi sebelumnya, investasi tersebut hendaknya divariasikan sesuai dengan karakteristik sektoralnya. Menurut Dariah dan Sundaya (2005), pertama, investasi di sektor pertanian hendaknya diarahkan pada perbaikan sistem pasar, terutama untuk mengurangi dominasi pengusaha pertanian yang mampu mengatur harga. Investasi lainnya disektor pertanian hendaknya diarahkan untuk pembangunan sumberdaya manusianya, dalam hal ini adalah petani, melalui intensitas kegiatan – kegiatan penyuluhan.

Kedua, bentuk investasi untuk pengembangan sektor industri makanan dan minuman adalah riset diversifikasi utilisasi produk-produk pertanian menjadi makanan olahan yang semakin beragam. Apalagi Jawa Barat khususnya Bandung sudah memiliki image sebagai pusat jajanan dan ragam makanan yang enak. Dan seyogianya hasil riset tentang utilisasi produk-produk pertanian menjadi makanan olahan yang semakin beragam dapat diterapkan di perdesaan, selain dekat dengan bahan baku, juga diharapkan akan menjadi stimulan untuk berkembangnya ekonomi perdesaan. Jika ini bisa diimplementasikan, sesuai hasil simulasi secara langsung akan mendorong berkembangnya sektor pengangkutan dan telekomunikasi.

Ketiga, untuk sektor sektor perdagangan adalah penataan kawasan perdagangan yang tepat dan optimal. Ini adalah bentuk investasi fisik yang diharapkan akan menjadi insentif besar untuk terjadinya peningkatan transaksi jual beli karena baik penjual maupun pembeli merasa lebih nyaman dan aman.

Keempat, bentuk investasi untuk pengembangan sektor bangunan adalah diprioritaskan pada pembangunan infrastruktur yang mendesak untuk disediakan yang secara langsung maupun tidak langsung akan mendorong berkembangnya sektor ekonomi yang dilansir berdampak signifikan pada peningkatan pendapatan masyarakat miskin. Tepatnya apa, perlu kajian berikutnya.

Dan terakhir, bentuk investasi untuk pengembangan sektor jasa yang terkait dengan upaya peningkatan kesejahteraan petani lebih baik diprioritaskan pada inovasi kelembagaan diantaranya pembentukan dan penyebarluasan lembaga penyuluhan di perdesaan melalui sistem yang menarik buat calon penyuluh yang akan terlibat. Sedangkan yang lainnya identik dengan usulan sebelumnya seperti mengembangkan lembaga kerjasama diantara petani dan mengembangkan pasar lelang yang bisa diakses oleh lembaga petani secara langsung.

Dengan meleibihinya target ekspor yang teah ditetapkan, hal ini juga memberikan devisa bagi pemerintah sebagai salah satu sumber dana pembangunan lebih lanjut. Ditambah dengan kebijakan fiskal yang ekspansioner, maka semakin memungkinkan target-target sebelumnya tercapai. Biasanya kebijakan fiskal ekspansioner mampu mendorong tumbuhnya pendapatan atau produk domestik regional bruto yang sekaligus mendorong terserapnya angkatan kerja ke dalam kegiatan produktif.

Selanjutnya, jika mencermati nilai sisa output dalam perekonomian Jawa Barat, nampak bahwa hampir seluruh output dapat dimanfaatkan secara optimal, terbukti dengan tidak adanya sisa output dalam sektor produktif tersebut, kecuali sektor jasa-jasa. Di sektor ini nilai output yang tersisa hanya sekitar 3 persen, dengan perkataan lain 97 persen outputnya telah dimanfaatkan dalam roda kegiatan ekonomi Jawa Barat.

7. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :

[1] Output sektor pertanian, industri manufaktur, bangunan/konstruksi, sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor jasa – jasa masing-masing harus mengalami kenaikan sebesar 1.29 miliar, 0.8 miliar, 7.75 miliar, 0.93 miliar dan 1.016 miliar rupiah untuk memenuhi keempat target yang ditetapkan.
[2] Output sektor pertanian, industri manufaktur, bangunan/konstruksi, dan sektor perdagangan, hotel dan restoran telah dimanfaatkan 100 persen, hanya sektor jasa-jasa yang outputnya dimanfaatkan oleh kegiatan perekonomian sebesar 97 persen.
[3] Dilihat dari pencapaian target, sub bab 6.3 menunjukkan bahwa target penyerapan tenaga kerja dapat dicapai oleh perekonomian Jawa Barat, sedangkan investasi dan permintaan ekspor berbagai komoditi mampu melebihi target. Dan disimpulkan pula bahwa pemerintah menggunakan strategi kebijakan fiskal ekspansioner yang dibuktikan dengan adanya anggaran pemerintah yang belum tercapai sebesar 12.77 milyar rupiah.

Daftar Pustaka

Arief, S. 1996. Teori Ekonomi Makro Lanjutan. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Branson, W, H. 1989. Macroeconomic Theory and Policy. Third Edition. Harper and Row Publisher, Singapore.
DepKeu. 2001. Mempertahankan Kelangsungan Anggaran Negara. Tim Asistensi Menteri Keuangan, Jakarta.
Dariah dan Sundaya. 2004. Kajian Sektor-Sektor Ekonomi yang Berdampak Signifikan Terhadap Peningkatan Pendapatan Masyarakat Miskin di Jawa Barat (Pendekatan Social Accounting Matrices). dipresentasikan dalam Seminar BAPPEDA Jawa Barat Bandung. 15 Desember 2005
Dumairy, 1997. Perekonomian Indonesia. Penerbit Airlangga, Jakarta
Nasendi dan Anwar, 1985. Program Linier dan Dan Variasinya. Penerbit PT. Gramedia, Jakarta.
Taha, H. 1997. Operations Research an Introduction Sixth Edition. Prentice-Hall International. London.


[1] Staf Pengajar Program Studi Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi Unisba.


FITUR MICROSOFT MATH ADD-IN

  FITUR MICROSOFT MATH ADD-IN Yuhka Sundaya Departemen Ekonomi Pembangunan Unisba 2022 Klik menu “mathematics” pada MS.Word, sedemikian hing...