Tampilkan postingan dengan label metodologi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label metodologi. Tampilkan semua postingan

Selasa, 10 Agustus 2021

METODOLOGI PENELITIAN ?

 

METODOLOGI ?

Yuhka Sundaya
Departemen Ekonomi Pembangunan Unisba

Artikel ini menampilkan bagian akhir dari tulisan Saya ketika mengulas buku yang ditulis oleh guru sekaligus sahabat : Septiawan Santana Kurnia, Tahun 2008.

Tulisan selengkapnya tersaji pada :
Sundaya, Y. 2008. Ulasan Buku Menulis Ilmiah : Metode Penelitian Kualitatif. Mediator. Jilid 9. Fakultas Ilmu Komunikasi Unisba. Hal 221-228. 

Bisnis Ekonom (Ahli Ekonomi)

"Sejak Perang Dunia II, peranan ahli ekonomi dalam urusan praktik pemerintahan dan bisnis telah meluas", demikian tulis Johnson (1986) Buktinya ? saat itu ada kenaikan besar pada dana publik yang dialokasikan untuk penelitian ekonomi. Perkembangannya disertai dengan tumbuh cepatnya metode dan teknik penelitian. Pada saat yang sama, metode seperti ekonometrika, riset operasi, sibernetika, dan ilmu sistem telah memperluas kemampuan penelitian para ahli ekonomi.  Kemudian juga, terdapat perubahan cepat pada orientasi filsafat penelitiannya. Pada akhir tahun 1960an, ada peningkatkan kepedulian terhadap beberapa isu kebijakan yang melibatkan masalah lingkungan, kesenjangan rasial, kesamaan jender, pengurasan sumber daya alam, dan banyak lagi isu yang menambah beban metodologis dan dasar filsafat. Keterangan ini digali dari pekerjaan intelektualnya Machlup (1978), Georgescu-Roegen (1971), Blaug (1980), Bell dan Kristol (1981), Boulding (1981), Caldwell (1982), McCloskey (1983), Eichner (1983), Hausman (1984), McClennen (1983), Sagoff (1985), Rawls (1971), Sen (1984), Sen dan Williams (1982), dan banyak intelektual lain yang menunjukkan bahwa pintu masuk metodologi dari John Neville Keynes, Lionel Robbins, Milton Friedman, dan lainnya memerlukan pengujian ulang secara mendasar. 

Bersamaan dengan besarnya sumber daya, muncul tuntutan terhadap akuntabilitas. Ahli ekonomi menemukan akuntabilitas untuk "membuat atau memroduksi keputusan" terhadap penyedia dana penelitian untuk memperoleh solusi terhadap masalah praktis, kebutuhan akademik, dan administratur. Pertanyaanya adalah bagaimana menciptakan, menguji, dan mengevaluasi ilmu pengetahuan yang dibutuhkan untuk proses membuat keputusan praktis, yang dituntut oleh para aktivis dan intelektual yang tidak puas dengan "ilmu akademik", sebagai bagian dari pembentukkan akuntabilitas ahli ekonomi.

Ahli ekonomi terlibat dalam bisnis penelitian yang merentang jauh melampaui ranah tradisi departemen ilmu ekonomi. "Kita sekarang melakukan penelitian pada semua tingkatan pemerintahan, organisasi internasional dan agensi semi pemerintahan", tutur Johnson (1986). Ahli ekonomi juga mengonduksikan program penelitian untuk bisnis swasta. Penelitian ekonomi menampilkan bisnis industri penelitian baru. Perusahaan dan organisasi penelitian telah memeroleh hak milik atas beberapa model dan teknik ekonomi yang outputnya dijual kepada perusahaan swasta dan pemerintah.

Penelitian kita menjadi sangat luas, bisnis yang rumit, melangkah dari pengembangan teoritis hingga kepentingan ekstrim dan masalah-masalah praktis.

Perluasan, kompleksitas, dan beragam upaya penelitian menuntut pengujian secara teliti dalam tujuan untuk mengetahui dan sangat memahami kekuatan dan kelemahan metodenya untuk mencari pemecahan masalah (problem solving), multidisciplinary subject-matter, dan penelitian disipliner dasar.

Seiring dengan meningkatnya ukuran dan ragam upaya penelitian dalam bidang ekonomi, pada sisi lain tampil keremangan batas antara penelitian dengan pekerjaan konsultasi, penasehat, dan pelayanan lain. Takaran metode ilmiahnya menjadi buram, ketika jasa-jasa tersebut berada di bawah arahan yang kurang obyektif. Klien para ahli ekonomi secara tidak langsung berhak untuk memberikan arahan itu. Namun para ahli ekonomi perlu memeliharacara pandang "obyektif" dalam memberikan layanan sebagai penasehat dan konsultasi. "Perbedaan antara seni, praktik, dan penelitian ilmiah meremangkan dengan apa yang sudah dilakukan oleh para akademisi diantara kita", demikian tulis Johnson (1986). Kita berharap bahwa obyektifitas dan ketelitian tinggi (rigorous) dalam layanan sebagai penasehat, konsultan, dan penelitian praktis sama halnya dengan penelitian disipliner murni dalam ilmu ekonomi.

Apa itu Metodologi ?

Pengertian metodologi dikutip Johnson dari Machlup (1978). Machlup (1978) melakukan survey untuk merumuskan definisi metodologi. Dengan sabar dan teliti, ia memahaminya dari para ahli metodologi, seperti Immanuel KantWilhelm WindelbandJosiah RoyceBenedetto CroceMax WeberWilliam Pepperell Montague, Percy W. BridgmanAlfred North WhiteheadMorris R. Cohen, Hans Reichenbach, Felix KaufmannAlfred SchutzRudolf CarnapHenry MargenauKarl R. PopperHerbert FeiglRichard Bevan BraithwaiteErnest Nagel, dan Carl G. Hempel. Dengan teliti, Machlup memromosikan bahwa metodologi bukanlah studi tentang "metode yang baik" atau studi tentang "metode yang digunakan", melainkan studi tentang alasan di balik prinsip-prinsip yang mendasari diterima atau ditolaknya berbagai jenis proposisi, sebagai bagian dari tubuh pengetahuan yang teratur, baik secara umum ataupun pada suatu disiplin khusus. Yang dilakukan Johnson (1986) dalam bukunya adalah menampilkan pemahaman mendalam melalui alasan yang mendasari metode yang digunakan oleh para ahli ekonomi.

Bagi Johnson (1986), metodologi itu metode mencakup alasan (reasons) yang menentukan atau mendasari metode yang digunakan oleh ilmuwan. Ilmuwan tidak jarang menggunakan metode penelitian yang berbeda-beda, meski terdapat kesamaan dalam isunya. Metode yang digunakannya memiliki alasan. Itulah metodologi. Perbedaan metodologi itu terjadi karena keragaman pada dimensinya, yaitu:

[1] jenis penelitian yang mereka lakukan (kinds of research), 
[2] filosofinya (philosophic orientation) dan 
[3] jenis pengetahuan yang akan dihasilkan (kinds of knowledge). 

Term “metodologi”, sekurang-kurangnya mencakup ketiga unsur yang saling terkait sebagaimana diperagakan pada Gambar 1. Ada 27 kotak pada gambar tersebut. Masing-masing unsur menunjukkan koordinasi tiga dimensi penelitian yang menjadi titik pijak seorang peneliti. Pengertian term metodologi tersebut, cukup konsisten jika dibandingkan dengan penjelasan metodologi menurut Neuman (2003). Pada pihak lain, term “metode” menurut Johnson (1986) mencakup isu statistik, matematik, riset operasi, analisis input output, analisis manfaat biaya, sistem simulasi, teknik sampling, dan teknik estimasi.


Gambar 1.   Hubungan timbal balik diantara jenis penelitian yang dilakukan, filosofi yang digunakan, dan jenis pengetahuan yang dihasilkan oleh peneliti ilmu ekonomi
Sumber : Johnson (1986 : xvii)
Gambar 1.   Hubungan timbal balik diantara jenis penelitian yang dilakukan, filosofi yang digunakan, dan jenis pengetahuan yang dihasilkan oleh peneliti ilmu ekonomi

Jenis Penelitian

Ada tiga jenis penelitian, yaitu disipliner, subject-matter, dan problem-solving. Bagaimana perbedaannya ?

Penelitian Disipliner

Yaitu penelitian yang didesain untuk mengembangkan suatu disiplin. Dalam ilmu ekopnomi, penelitian tersebut mencakup sejumlah besar penelitian  untuk membangun dan mengembangkan teori ekonomi, teknik kuantitatif bagi ekonom, dan pengukuran fenomena dasar ekonomi serta parameter seperti elastisitas permintaan dan penawaran, mulitpl;ier effect, dan produk nasional bruto. Ilmu ekonomi, seperti halnya ilmu sosial lain, memiliki kelompok penunjang disiplin yanng men\yajikannya dengan alat penelitian. Kelompok penunjangnya mencakup matematika, sejarah, statistik, logika, filsafat, ilmu politik, dan sosialogi.

Penelitian disipliner bisa relevan atau tidak dengan masalah praktis yang dihadapi pembuat keputusan. Pembuat keputusan yang menghadapi masalah praktis mungkin akan salah jika mengacu pada penelitian disipliner, karena akan dibingungkan dengan pertanyaan disipliner.

Penelitian Subject-Matter

Yaitu penelitian multidisipliner terhadap subyek kepentingan pada sehimpunan pengambil keputusan yang menghadapi sehimpunan masalah praktis. Penelitian subject-matter yang terdefinisi dengan baik (well-defined) berhubungan erat terhadap sehimpunan pembuat keputusan dan masalah praktis yang well-defined. Penelitian ini ditunjang oleh komuinikasi berbagai disipli ilmu.

Kebutuhan penelitian disipliner sering muncul dari isu umum yang dihadapi masyarakat pada waktu tertentu. Contohnya pada tahun 1970 dan 1980, sejumlah besar pembuat keputusan sangat memerhatikan sehimpunan masalah tetang energi. Energi adalah subjet multidisipliner yang menggambarkan rekayasa, geologi, ilmu politik, fisika, kimia, dan disiplin lain disamping ilmu ekonomi. Proyek penelitian subject-matter yang besar terhadap masalah energi.

Ahli ekonomi yang terlibat dalam penelitian subject-matter harus mampu bekerja dalam tim dengan ilmuwan lain. Mereka harus bisa berpikiran terbuka. Bisa memahami istilah-istilah yang berbeda tapi punya makna yang sama. Ada jargon-jargon ilmu lain yang harus dipahaminya. Ahli ekonomi harus cakap berkomunikasi dengan ilmuwan lain sedemikian hingga koordinasinya mencapai masalah praktis yang sedang dicari pemecahannya.

Penelitian Problem Solving

Yaitu penelitian yang didesain untuk memecahkan masalah spesifik bagi pembuat keputusan yang spesifik, meskipun dalam beberapa contoh memungkinkan juga untuk menemukan beberapa pembuat keputusan dengan masalah yang sama secara eksak. Jenis penelitian ini dapat didesain untuk memecahkan masalah yang diuhadapi oleh lebih dari 1 pembuat keputusan. Penelitian ini menampilkan pekerjaan multidisipliner. Penelitian ini kompleks. Perlu memastikan perbedaan jenis informasi yang telah diperoleh ahli ekonomi dan beragam orientasi filosofis yang mendasar untuk kerja penelitian ahli ekonomi.

Jenis Pengetahuan

Untuk sementara, mungkin Anda akan dibuat bingung dengan pengertian beberapa jargon jenis pengetahuan setelah alinea ini. Yang dibutuhkan, setidaknya mengenal arti ringkasnya saja dulu sebelum jargon ini menjadi sub bab yang lebih detil pada postingan terpisah.

Pengetahuan Normatif

Pengetahuan tentang nilai baik dan buruk. Pengetahuan ini muncul dari sejak pemikir zaman Yunani Kuno 365 tahun sebelum masehi. Pengetahuan ini memiliki makna yang terlalu luas, sehingga kurang demikian berguna dibandingkan preskriptif.

Pengetahuan "Nilai" (Knowledge of Value)

Adalah sub bagian dari pengetahuan normatif. Pengetahuan ini menghasilkan informasi kondisi baik dan buruk, situasoi, dan ide-ide. Melalui positivisme logis, tidak ada pengalaman baik dan buruk sebagai karakteristik kondisi dunia riil, situasi, dan ide dari perkembangan istilah primitif tak berdefinisi yang melibatkan baiuk dan buruk. Pengetahuan "nilai" akan menerima bahwa suatu nilai akan eksis hanya dalam "pengetahuan pikiran" dan berlaku umum. Contohnya, mayoritas ahli ekonomi akan menyimpulkan bahwa "pajak harus bersifat progressif karena dampaknya tidak akan terlalu merugikan orang kaya dibandinghkan orang miskin".

Pengetahuan Positivistik

Yaitu pengetahuan yang sintetis yang terkait dengan sifat suatu kondisi, situasi, atau gagasan dalam dunia nyata. Pengetahuan yang ditangkap oleh panca indera manusia, tanpa melibatkan "feel" atau rasa (bukan rasa obyek yang disensor melalui lidah manusia).

Pengetahuan Preskriptif

Yaitu pengetahuan tentang apa yang harus atau tidak boleh untuk dilakukan. Preskripsi kadang-kadang diekspresikan dalam "future tenses" sebagai tujuan atau target. Diekspresikan sebagai tindakan dalam saat ini pada saat mereka menyatakan "hukum" secara imperatif, regulasi, moral sosial, dan norma yang diimbangi dengan sanksi.

Orientasi Filosofis

Disini akan ditampilkan keterangan ringkas 3 jargon: positivisme, normativisme, dan pragmatisme. "Ketiga jargon itu disebut sebagai filosofi. Filosofi secara aktif dan meluas digunakan oleh ahli ekonomi. Mereka tidak bisa mengabaikannya", demikian tulis Johnson (1986)

Positivisme

Filosofi ini dipromosikan oleh keberhasilan pengalaman ilmuwan fisika dan biologi dalam metode dan teknik penelitiannya. Filosofinya diemulasi oleh para ahli ekonomi dan sosial lainnya. Positivisme menekankan pengetahuan yang diperoleh oleh panca indera. Positivisme menghindari pengaruh teologis dan metafisik yang menggunakan konsep ketuhanan "akan" dan "tujuan", serta "kekuatan" dan "esensi".

Contohnya, positivis akan menilai pernyataan "air ingin mengalir menuruni bukit" tidak memiliki pengertian empiris dibandingkan dengan pernyataan "air menuruni bukit".

Normativisme

Normativisme muncul karena diundang oleh pertanyaan tentang "benar" atau "salah" serta "baik" atau "buruk". Normativisme berusaha membentuk standar, regulatif. Berusaha mewujudkan gagasan yang ideal. Mereka akan menyeting norma ke dalam perilaku, seperti etika, estetika, dan politik.

Pragmatisme

Filosofi ini memberikan arti khusus dan penting dalam disiplin ilmu ekonomi. Contohnyua, John R. Commons dan  Thorstein Veblen, bapak ekonomi kelembagaan di Amerika, dipengaruhi oleh filsafatnya John DeweyPragmatisme adalah aliran filsafat yang mengajarkan bahwa kebenaran dari segala sesuatu berdasarkan kepada manfaat yang diberikannya.[1] Sesuatu hal ini dinilai dari kebergunaannya bagi tindakan manusia untuk kehidupannya. Pernyataannya dapat berbentuk ucapan, dalil atau teori. Pragmatisme muncul sebagai tradisi pemikiran yang berasal dari dunia Barat dan berkembang khususnya di benua Amerika. Kehadirannya sebagai suatu pemikiran yang berusaha menjawab persoalan kehidupan manusia.[2] Pragmatisme digolongkan sebagai salah satu aliran filsafat abad ke-19 dalam sejarah filsafat Barat.[3] Pelopor pemikiran pragmatisme adalah seorang filsuf Amerika, Chales Sanders Peirce (1839–1914).[4] Tokoh yang berpengaruh dalam pemikiran pragmatisme antara lain William James (1842–1910) dan John Dewey (1859–1952).

Preskripsi Non Pragmatisme 

Banyak ilmu etika dan ekonomi menentukan baik atau buruk tanpa mendekap posisi pragmatik bahwa "kebenaran bebas nilai" dan "kebenaran tentang nilai" saling berhubungan dalam konteks masalah yang sedang diselesaikan. Pemikir seperti C.I. Lewis dalam bukunya "The Ground and Nature of The Right" tidak pragmatik dalam pengertian bahwa ia selalu bersikeras bahwa kebenaran normatif dan positivistik dinilai saling berhubungan.

Eksistensialisme

Beberapa filosofi memengaruhi penelitian ekonomi dan pemikiran ekonomi. Salah satunya adalah eksistensialisme. Dasar eksistensialisme adalah pengetahuan yang dimiliki seseorang adalah pengetahuan tentang keberadaannya sendiri (knowledge one has is knowledge of one's own existence). Dasar ini berpengaruh pada penekanan individu dan individuality, dalam pengertian seseorang akan meningkatkan pengetahuan orang lain dengan memperluas peran dan identitasnya. Dalam tulisan akademik kita memerolehnya dengan hasil ulasan literatur, yang kemudian menginspirasi state of the art atau novelty yang perlu ditambahkan untuk menyempurnakan pengetahuan tertentu.


Referensi

  1. Johnson, Glenn L. 1986. Research Methodology for Economists : Philosophy and Practice. Macmillan Publishing Company. New York.
  2. Neuman, W Lawrence. 2003. Social Research Methods : Qualitative and Quantitative Approaches. Pearson Education. Inc. Fifth Edition. United State of America.
  3. Machlup, Fritz. 1978. Methodology of Economics and Other Social Sciences, 1 ed., Elsevier.





FITUR MICROSOFT MATH ADD-IN

  FITUR MICROSOFT MATH ADD-IN Yuhka Sundaya Departemen Ekonomi Pembangunan Unisba 2022 Klik menu “mathematics” pada MS.Word, sedemikian hing...