Tampilkan postingan dengan label methodology. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label methodology. Tampilkan semua postingan

Kamis, 12 Agustus 2021

Masalah Penelitian Skripsinya apa ?

MASALAH PENELITIAN


Saya selalu ‘aga’ gagap ketika menjawab pertanyaan ”apa masalah penelitiannya ?”. Adakah yang senasib dengan Saya ? 😂Variasi jawaban ketika dulu kuliah adalah :

1. Menjawab dengan judul skripsinya.
2. Menjawab dengan pertanyaan penelitiannya.
3. Menjawab dengan tujuan penelitiannya.
4. Sama sekali tidak menjawab dan terlihat bingung.

Semuanya salah gaes 😂, dan paling tidak diomel-omelin pembimbing. 

Masalah penelitian ini penting pada tahap awal penelitian, baik dalam bentuk skripsi, tesis maupun disertasi, karena akan menentukan sekuen atau tahapan penelitian selanjutnya. Jika masalah tidak jelas atau tidak terdefinisi, maka pertanyaan penelitian, tujuan dan komponen lainnya menjadi tidak ada gunanya. Bisa di ’cap’ dengan sebuah ungkapan yang membuat perasaan tidak enak dan ingin menangis, ”penelitiannya ngga jelas’. Dengan kata lain, penelitian itu tidak memiliki orientasi terhadap masalah.

Beberapa keterangan mungkin banyak kita dengar, mengatakan bahwa ”masalah adalah gap antara teori dengan fakta.

Mari kita buka, apa yang dapat kita pahami dari literatur metodologi penelitian. Saya coba buka bukunya Graziano dan Raulin (2014)-Saya singkat dengan GR2014 aja ’ya’. Cover bukunya unik. Seolah ada lansekap laut yang tertutup oleh plat besi berlubang. Ada fenomena yang tertutupi sebuah obyek.

Sumber : Graziano and Raulin, 2014
Gambar 1. Cover Buku Research Methods: A Process of Inquiry. Graziano dan Raulin, 2014

Ada baiknya kita pahami dulu, ”kenapa melakukan penelitian ?”. Katanya untuk memeroleh sains. “Apa tujuan memeroleh sains ?”. “Tujuannya adalah untuk memeroleh pengetahuan mengenai alam semesta”, tutur GR2014. ”Untuk memahami fenomena alam”, tegas mereka.

Terus, ’sains’ itu apa sih ? kadang Saya juga suka ketuker ama ’pengetahuan’, ’ilmu’, bahkan gabungannya ’ilmu pengetahuan’. ”Sains atau science adalah salah satu cara berpikir yang melibatkan pemikiran rasional yang kontinyu dan sistematis dan pengamatan empiris” kata GR2014. Ada dua frase yang Saya tebalkan.

Pemikiran rasional itu apa ? Rasional adalah cara memeroleh pengetahuan melalui penalaran atau reasoning. ’Informasi yang ada’ dinyatakan dengan hati-hati mengikuti aturan logis untuk mencapai simpulan yang dapat diterima. Coba pahami silogisme yang disebut ‘deduktif klasik’ ini:

Premis Mayor ⇒ Semua gagak berwarna hitam.
Premis Minor ⇒  Ini adalah burung gagak.
Simpulan ⇒        Oleh karena itu, gagak ini berwarna hitam.

Simpulan diambil secara logis dari premis mayor dan premis minor. Tapi, coba amati, bahwa proses logis yang sama akan mengarah pada penolakan simpulan berikut:

Premis Mayor ⇒  Semua gagak berwarna hitam.
Premis Minor ⇒   Ini hitam.
Simpulan ⇒          Karena itu, ini adalah burung gagak.

Dalam pendekatan rasionalistik, Simpulan dicapai melalui logika — aturan sistematis yang memungkinkan kita untuk menarik simpulan yang akurat dari serangkaian fakta atau pernyataan dasar. Rasionalisme adalah cara yang lebih dapat diandalkan untuk memeroleh pengetahuan daripada pengetahuan yang bersumber dari ‘tenasiti’, ‘intuisi’, atau ‘otoritas’. Ketiganya adalah jenis pengetahuan atau knowledge selain rasionalisme. Kalau kata seorang Raja ’A adalah B’, maka seluruh rakyat harus menerimanya sebagai ‘kebenaran’. Itulah contoh kebenaran ’otoritas’ yang tidak berlaku untuk akademisi.

Namun, rasionalisme juga memiliki keterbatasan. Kenapa ? Cermati silogisme ini:

Premis Mayor ⇒   Semua anak berusia empat tahun memiliki rasa takut terhadap kegelapan.
Premis Minor ⇒    Lisa adalah seorang anak berusia empat tahun.
Simpulan ⇒          Karena itu, Lisa memiliki rasa takut terhadap kegelapan.

Logikanya jelas dan kesimpulannya benar, kecuali jika Lisa tidak merasa takut akan kegelapan. Apa batasannya? Rasionalisme adalah alat yang ampuh untuk menganalisis proposisi atau teori. Namun, kelemahannya terletak ketika diterapkan peristiwa eksternal. Anggaplah tidak benar bahwa semua anak berusia empat tahun memiliki rasa takut terhadap kegelapan, atau anggaplah Lisa sebenarnya berusia tujuh dan bukan empat, atau anggaplah Lisa adalah nama kapal pesiar dan bukan anak-anak. Batasan utama dari rasionalisme rasio adalah premis-premisnya harus benar, sebagaimana ditentukan oleh beberapa bukti atau temuan lain, untuk sampai pada simpulan yang benar. Keakuratan simpulan tergantung pada proses penalaran dan keakuratan premis.

Pengamatan empiris itu, kemudian apa ? empirisme digunakan untuk memeroleh pengetahuan melalui pengamatan atau observasi— mengetahui sesuatu melalui indera kita. Bagi kelompok empirisme, mereka tidak cukup memeroleh pengetahuan melalui akal (atau keuletan atau intuisi atau otoritas) saja. Pengetahuan diperoleh juga melalui penglihatan (mata), pendengaran (telinga), sentuhan (indera peraba), rasa, dan penciuman. "Aku tidak akan percaya kecuali aku melihatnya!" adalah moto kaum empirisme. Indra yang kita miliki akan memberitahu kita tentang sesuatu.

Namun, empirisme juga memiliki keterbatasan. Ada dua jenis empirisme: empirisme naïve dan sofistik. Pernyataan "Saya tidak akan percaya kecuali saya melihatnya!" adalah contoh empirisme naïve. Misalnya :

Anda belum pernah melihat Hong Kong, Praha, nyack, atau Air Terjun Chippewa”; apakah ini berarti tempat-tempat ini tidak ada?

Karena Anda belum pernah melihat gravitasi atau virus campak”; haruskah Anda menyimpulkan bahwa Anda tidak akan pernah jatuh atau tertular campak?

Saya tidak pernah ditabrak saat berjalan di tengah jalan raya"; apakah itu berarti Anda dapat terus berjalan di jalan raya tanpa diperingati polisi atau pengendara lain ?

Bagaimana bila Anda melihat dengan jelas sesuatu yang ternyata ilusi, seperti pada Gambar 2?

Sumber : Graziano dan Raulin, 2014.
Gambar 2. Realitas ataukah Ilusi ?

Empirisme sofistik melangkah lebih jauh. Orang tidak dapat melihat panas atau gravitasi atau, tanpa bantuan penglihatan, virus campak. Namun, mereka dapat mengamati kenaikan merkuri melalui termometer ketika mereka menaikan suhu panas, atau melihat benda jatuh ke tanah, dan melihat virus melalui elektron mikroskop. Pengamatan empiris dalam sains tidak terbatas pada pengamatan langsung. Kita juga bisa mengamati fenomena secara tidak langsung dengan mengamati dampaknya terhadap objek lain, seperti termometer tadi.

Bagaimana naïve dan sofistik empirisme pada area studi ekonomi ? Ekonom, mungkin, banyak menangkap fakta dengan indera penglihatan, N. Namun ketika menggali data primer dengan wawancara, ekonom menggunakan juga indera pendengaran, O, untuk mencatat suatu fakta yang disampaikan oleh responden. Contoh naïve empirismenya adalah :

  • Orang yang menganggur yang kita lihat disuatu kampung;
  • Harga kopi Americano yang tertera pada menu sebuah café;
  • Jumlah cadangan beras yang ada di Gudang BULOG;
  • Jumlah hasil panen padi;
  • Jumlah produksi pakaian;
  • Nilai tabungan pada buku tabungan Bapak Surya;
  • Nilai kredit pada neraca Bank Spiritual;

Data yang dipublikasikan sebuah instansi, seperti misalnya Badan Pusat Statistik dan Bank Indonesia, menampilkan data sekunder yang dapat kita terima sebagai naïve empirisme. Dapat digunakan untuk melakukan pengamatan empiris. Data sekunder adalah hasil rekaman yang bisa satu titik atau tempat, antar tempat atau kita sebut dengan cross section, dan antar waktu atau kita sebut dengan time serius atau data runtun waktu. Cross section menampilkan variasi atau perbedaan antar subyek atau obyek, misalnya ”jumlah hasil panen padi di Haji Darmin dengan Haji Suryo”. Time series menampilkan variasi atau perbedaan dari satu waktu ke waktu lain, misalnya ”pada kuartal pertama 2020 hasil panen padi Haji Darmin sebanyak 10 ton, dan pada kuartal kedua tahun yang sama hasil panennya sebanyak 12 ton”. Contoh itu menampilkan data primer yang hanya merekam perilaku individual. Ekonom memerlukan juga data yang menampilkan perilaku umum atau populasi, oleh karena itu memerlukan data sekunder. Misalnya, ”Pengangguran terbuka di Negara Indonesia sebanyak 300 ribu orang pada Tahun 2020”, data sekunder ini merekam populasi orang yang tidak punya pekerjaan sama sekali pada Tahun 2020, bukan penganggur individual seperti contoh naïve empirisme sebelumnya.

Bagaimana dengan sofistik empirisme pada area studi ekonomi? Temuan ini biasa ditampilkan sebagai bentuk hasil studi atau penelitian setelah seorang ekonom memilki pola yang sistematik dan terukur. Tidak seperti termometer yang dicontohkan GR2014, melainkan melalui model kuantitatif atau kualitatif yang dikonstruksi terlebih dahulu oleh seorang ekonom. Model adalah alat yang dapat digunakan untuk uji coba atau simulasi agar dapat memperoleh informasi mengenai respon suatu subyek atau obyek seandaikan diberikan perlakuan perubahan tertentu. Sofistik empirisme ini tentu tidak cocok untuk membuka masalah penelitian, karena telah melalui proses pengolahan data. ”Berasnya telah menjadi nasi goreng”.

Idea-Generating Phase untuk membuka masalah penelitian

Pemahaman tentang ‘sains’ sepertinya menjadi modal awal untuk memutuskan masalah penelitian yang perlu diteliti. GR2014 menyebutnya dengan ‘fase memunculkan idea’ atau idea-generating phase.

Fase awal memunculkan ide dapat dimulai dengan pemikiran yang kabur, dan ide awal dapat muncul dengan cara yang sangat tidak sistematis. Archimedes, ”konon memiliki kilasan pemikiran kreatif saat duduk di bak mandi” tulis GR2014. ”Ide bisa dimunculkan saat bercakap-cakap, menonton televisi, berjalan-jalan di hutan, menyeberang jalan, atau bahkan sambil bermimpi” tutur mereka berikutnya. “Namun, para ilmuwan menghasilkan sebagian besar ide penelitian secara sistematis dari hasil penelitian lainnya” tutur mereka. Ide-ide pencarian ulang ’atas sesuatu subyek atau obyek’ bervariasi dari firasat yang tidak sistematis hingga langkah-langkah yang sangat sistematis dan tepat menurut pemikiran logis. Tipe pertama adalah yang paling khas dari penelitian eksplorasi, yang terjadi pada awal sejarah suatu area penelitian; dan yang terakhir adalah karakteristik penelitian pada tingkat yang lebih maju dari area penelitian.

Kita tidak ingin terlalu cepat mengkritik ide awal; kritik yang prematur atau terlalu awal mungkin akan menghancurkan ide bagus yang muncul. Kita harus menilai serius ide-ide awal dan memelihara ide tersebut. Rasa ingin tahu, minat, firasat, dan antusiasme adalah unsur penting dalam sains. Setelah peneliti mengidentifikasi area minat, makan akan berguna atau mudah untuk langsung mengumpulkan dan membaca artikel dan buku, serta berkomunikasi dengan orang-orang yang bekerja atau melakukan penelitian pada area tersebut.

Berargumentasi di Latar Belakang

Kuncinya adalah membuat alinea. Alinea atau paragraph adalah penjelasan tentang satu ide pokok. Hindari dalam 1 alinea yang mencakup lebih dari 1 ide pokok, agar memudahkan pembaca untuk memahami apa yang sedang dijelaskan dan anak kalimat yang konsisten mendukung penjelasannya. Antar ide pokok pada latar belakang, sifatnya saling terkait, dan berurutan atau sekuen. Pelihara, jangan sampai ada ide pokok yang masuk secara tiba-tiba atau tidak membentuk 'rantai logika'.

Ada dua tipe alinea. Alinea deduktif dam alinea induktif. Alinea deduktif strukturnya adalah ide pokok ditempatkan pada awal alinea, dan berikutnya diikuti oleh anak kalimat sebagai keterangan penjelasnya. Alinea induktif, sebaliknya, menempatkan ide pokok pada akhir alinea. Anak kalimatnya ditempatkan dari awal alinea. Kebanyakan buku teks berbahasa Inggris, biasanya menggunakan alinea deduktif. Kelebihan alinea deduktif adalah memberikan kemudahan bagi pembaca untuk melakukan scanning dan skimming dalam memahami suatu konteks dan teks. Tapi, relatif juga 'sih'.

Ide pokok mungkin sepadan dengan frase 'premis mayor'. Jadi suatu ide pokok, dapat kita angkat setelah kita mengumpulkan premis minor yang serumpun. Premis minor diangkat dari data yang mewakili fakta yang relevan. Premis minor yang diangkat dari data akan membentuk sebuah ide pokok. Disinilah 'seni' berpikir dan berkomunikasi secara tertulis. Logika kita akan berputar, menginterpretasi dan mengolah pikir data yang sedang kita baca. Logikanya akan keluar atau mengalir ketika kita memahami arti teks dan angka dari data yang sedang kita pahami. Kadang kita perlu membuka definisi suatu teks dan angka pada dokumen data yang sedang kita pahami itu untuk membantu mengungkapkan premis minor. Pengalaman membaca buku teks dan artikel jurnal serta dokumen penelitian secara serius dan intens akan memberikan kemampuan bagi kita untuk menangkap suatu ide pokok. 

Untuk lebih jelasnya, Saya tampilkan sebuah contoh, yang belum tentu 'bener' juga sih, tapi setidaknya adalah pengalaman Saya menulis dan memeroleh respon dari penggunanya yang berkontribusi pada konfidensi Saya dalam menulis informasi ilmiah dan tidak ilmiah.

Contoh

Kalimat dengan teks berwana biru menunjukkan ide pokok, dan teks berwarna hitam menunjukkan anak kalimat yang menjelaskan ide pokok yang dimaksud. Jadi saya pake gaya alinea 'deduktif'. Ide pokok dulu terus anak kalimatnya. Anak kalimatnya diangkat dari hasil pengamatan dari dokumen ASEAN dan data sekunder. 
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
ASEAN adalah warisan kelembagaan yang telah memberikan manfaat bagi ASEAN Member States (AMS). ASEAN didirikan pada tanggal 8 Agustus 1967 di Bangkok, Thailand, dengan ditandatanganinya Deklarasi ASEAN (Bangkok Declaration) oleh para Founding Fathers ASEAN, yaitu Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura dan Thailand. Brunei Darussalam kemudian bergabung pada 7 Januari 1984, Viet Nam pada 28 Juli 1995, Laos dan Myanmar pada 23 Juli 1997, dan Kamboja pada 30 April 1999, membentuk apa yang sekarang disebut sebagai sepuluh Negara Anggota ASEAN (The ASEAN Secretariat, 2021). ASEAN mengoordinasi aktivitas politik, ekonomi, sosial, budaya, dan inisiatif lintas sektor, sehingga telah menghasilkan banyak manfaat dari perputaran ekonomi seperti perdagangan dan investasi.

Beragam organisasi dan sumber daya manusia yang eksis pada AMS telah mendayagunakan sumber dayanya untuk memenuhi kebutuhan domestik dan luar negeri. Organisasi pada setiap AMS tentu beragam dari jenis dan orientiasinya, namun mereka menghasilkan barang dan jasa dengan menggunakan sumber daya manusia, sumber daya alam, modal buatan dan teknologi. Hasil tahunannya tercermin melalui produk domestik bruto. Sebelum pandemi Covid-19, ASEAN Statistical Leaflet 2020 melaporkan perkembangan ekonomi AMS. Pertumbuhan ekonomi AMS mencapai 4.6 persen pada Tahun 2019. Pertumbuhan ekonomi tertinggi, yaitu 7 persen, dicapai oleh Cambodia dan Viet Nam. Pada level 6 persen dicapai oleh Lao PDR, Myanmar dan Phillippines. Pada level 5 persen dicapai oleh Indonesia. Pada level 4 persen dicapai oleh Malaysia (4.3%) dan Brunei Darussalam (3.9%). Negara Thailand dan Singapore secara berurutan 2.4% dan 0.7%.

Catatan : pada alinea dua, Saya menggunakan pengetahuan atau knowledge tentang 'produk domestik bruto'.

Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi dan Persentase Penduduk yang Hidup di Bawah Garis Kemiskinan, ASEAN Member States (AMS), 2020.

Negara

Pertumbuhan PDB Harga Konstan

Persentase Penduduk yang Hidup di Bawah Garis Kemiskinan

Brunei Darussalam

3.9

NA

Cambodia

7.1

13.5

Indonesia

5.0

9.8

Lao PDR

6.4

23.4

Malaysia

4.3

0.4

Myanmar

6.2

24.8

Phillippines

6.0

16.6

Singapore

0.7

NA

Thailand

2.4

7.9

Viet Nam

7.0

6.8

AMS

4.6

12.9

Sumber: ASEAN Secretariat, 2020

Sepertinya, tingkat pertumbuhan ekonomi pada setiap AMS tidak menjamin rendahnya kemiskinan. Di Negara Cambodia tercatat persentase penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan sebesar 13.5%, padahal kecepatan pertumbuhan ekonominya paling tinggi di AMS. Di Lao PDR tercatat 23.4% penduduknya hidup di bawah garis kemiskinan, padahal pertumbuhan ekonominya lebih tinggi dari Myanmar, Phillippines dan Indonesia. Di Malaysia sendiri tingkat kemiskinannya adalah 0.4%, padahal pertumbuhan ekonominya tidak secepat Indonesia. Indonesia memiliki tingkat kemiskinan sebesar 9.8%.

Ketika pertumbuhan ekonomi ASEAN adalah cermin dari hasil perputaran ekonomi, tetapi data statistik kemiskinan memberikan catatan adanya mekanisme perputaran ekonomi yang koneksinya lemah terhadap masalah kemiskinan yang menjadi salah satu tujuan sustainable development goals (SDGs).

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Box : Analisis Rasional :

Premis Mayor

Ekonomi AMS tumbuh sebesar 4.6 % dengan tingkat kemiskinan 12.9%.

Premis Minor

Pertumbuhan ekonominya memilki besaran yang berbeda-beda.

Premis Minor

Pertumbuhan ekonomi  Cambodia dan Viet Nam levelnya 7 %.

Premis Minor

Pertumbuhan ekonomi Lao PDR, Myanmar dan Phillippines levelnya 6 %.

Premis Minor

Pertumbuhan ekonomi Indonesia levelnya 5 persen.

Premis Minor

Pertumbuhan ekonomi Malaysia dan Brunei Darussalam levelnya sekitar 4 %.

Premis Minor

Pertumbuhan ekonomi Thailand dan Singapore secara berurutan 2.4% dan 0.7%.

Premis Minor

% penduduk miskin tertinggi berada di negara AMS dengan level pertumbuhan ekonomi tertinggi.


Simpulan rasional (bukan simpulan penelitian, melainkan keterangan logis yang menjadi embrio penelitian empiris):
"Pertumbuhan ekonomi diikuti oleh tingginya kemiskinan pada AMS"
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Kandidat judul penelitian dari latar belakang masalah tersebut adalah “Analisis Pertumbuhan Ekonomi dan Kemiskinan pada Negara Anggota ASEAN”. Kata ’analisis’ memiliki makna ’memahami’ atau 'inquiry'. Memahaminya dengan cara apa ? jawabannya diuraikan pada tujuan penelitian.

Demikian, semoga bermanfaat, dan terimakasih jika berkenan memberikan kritik dan saran atas artikel ini.

Referensi 

Graziano, A., & Raulin, M. (2014). Research Methods : A Process of Inquiry (8 ed.). United States of America.
The ASEAN Secretariat. (2021, August 8). About ASEAN. Retrieved from Association of Southeast Asian Nations: https://asean.org/about-us/

 

 

Selasa, 10 Agustus 2021

METODOLOGI PENELITIAN ?

 

METODOLOGI ?

Yuhka Sundaya
Departemen Ekonomi Pembangunan Unisba

Artikel ini menampilkan bagian akhir dari tulisan Saya ketika mengulas buku yang ditulis oleh guru sekaligus sahabat : Septiawan Santana Kurnia, Tahun 2008.

Tulisan selengkapnya tersaji pada :
Sundaya, Y. 2008. Ulasan Buku Menulis Ilmiah : Metode Penelitian Kualitatif. Mediator. Jilid 9. Fakultas Ilmu Komunikasi Unisba. Hal 221-228. 

Bisnis Ekonom (Ahli Ekonomi)

"Sejak Perang Dunia II, peranan ahli ekonomi dalam urusan praktik pemerintahan dan bisnis telah meluas", demikian tulis Johnson (1986) Buktinya ? saat itu ada kenaikan besar pada dana publik yang dialokasikan untuk penelitian ekonomi. Perkembangannya disertai dengan tumbuh cepatnya metode dan teknik penelitian. Pada saat yang sama, metode seperti ekonometrika, riset operasi, sibernetika, dan ilmu sistem telah memperluas kemampuan penelitian para ahli ekonomi.  Kemudian juga, terdapat perubahan cepat pada orientasi filsafat penelitiannya. Pada akhir tahun 1960an, ada peningkatkan kepedulian terhadap beberapa isu kebijakan yang melibatkan masalah lingkungan, kesenjangan rasial, kesamaan jender, pengurasan sumber daya alam, dan banyak lagi isu yang menambah beban metodologis dan dasar filsafat. Keterangan ini digali dari pekerjaan intelektualnya Machlup (1978), Georgescu-Roegen (1971), Blaug (1980), Bell dan Kristol (1981), Boulding (1981), Caldwell (1982), McCloskey (1983), Eichner (1983), Hausman (1984), McClennen (1983), Sagoff (1985), Rawls (1971), Sen (1984), Sen dan Williams (1982), dan banyak intelektual lain yang menunjukkan bahwa pintu masuk metodologi dari John Neville Keynes, Lionel Robbins, Milton Friedman, dan lainnya memerlukan pengujian ulang secara mendasar. 

Bersamaan dengan besarnya sumber daya, muncul tuntutan terhadap akuntabilitas. Ahli ekonomi menemukan akuntabilitas untuk "membuat atau memroduksi keputusan" terhadap penyedia dana penelitian untuk memperoleh solusi terhadap masalah praktis, kebutuhan akademik, dan administratur. Pertanyaanya adalah bagaimana menciptakan, menguji, dan mengevaluasi ilmu pengetahuan yang dibutuhkan untuk proses membuat keputusan praktis, yang dituntut oleh para aktivis dan intelektual yang tidak puas dengan "ilmu akademik", sebagai bagian dari pembentukkan akuntabilitas ahli ekonomi.

Ahli ekonomi terlibat dalam bisnis penelitian yang merentang jauh melampaui ranah tradisi departemen ilmu ekonomi. "Kita sekarang melakukan penelitian pada semua tingkatan pemerintahan, organisasi internasional dan agensi semi pemerintahan", tutur Johnson (1986). Ahli ekonomi juga mengonduksikan program penelitian untuk bisnis swasta. Penelitian ekonomi menampilkan bisnis industri penelitian baru. Perusahaan dan organisasi penelitian telah memeroleh hak milik atas beberapa model dan teknik ekonomi yang outputnya dijual kepada perusahaan swasta dan pemerintah.

Penelitian kita menjadi sangat luas, bisnis yang rumit, melangkah dari pengembangan teoritis hingga kepentingan ekstrim dan masalah-masalah praktis.

Perluasan, kompleksitas, dan beragam upaya penelitian menuntut pengujian secara teliti dalam tujuan untuk mengetahui dan sangat memahami kekuatan dan kelemahan metodenya untuk mencari pemecahan masalah (problem solving), multidisciplinary subject-matter, dan penelitian disipliner dasar.

Seiring dengan meningkatnya ukuran dan ragam upaya penelitian dalam bidang ekonomi, pada sisi lain tampil keremangan batas antara penelitian dengan pekerjaan konsultasi, penasehat, dan pelayanan lain. Takaran metode ilmiahnya menjadi buram, ketika jasa-jasa tersebut berada di bawah arahan yang kurang obyektif. Klien para ahli ekonomi secara tidak langsung berhak untuk memberikan arahan itu. Namun para ahli ekonomi perlu memeliharacara pandang "obyektif" dalam memberikan layanan sebagai penasehat dan konsultasi. "Perbedaan antara seni, praktik, dan penelitian ilmiah meremangkan dengan apa yang sudah dilakukan oleh para akademisi diantara kita", demikian tulis Johnson (1986). Kita berharap bahwa obyektifitas dan ketelitian tinggi (rigorous) dalam layanan sebagai penasehat, konsultan, dan penelitian praktis sama halnya dengan penelitian disipliner murni dalam ilmu ekonomi.

Apa itu Metodologi ?

Pengertian metodologi dikutip Johnson dari Machlup (1978). Machlup (1978) melakukan survey untuk merumuskan definisi metodologi. Dengan sabar dan teliti, ia memahaminya dari para ahli metodologi, seperti Immanuel KantWilhelm WindelbandJosiah RoyceBenedetto CroceMax WeberWilliam Pepperell Montague, Percy W. BridgmanAlfred North WhiteheadMorris R. Cohen, Hans Reichenbach, Felix KaufmannAlfred SchutzRudolf CarnapHenry MargenauKarl R. PopperHerbert FeiglRichard Bevan BraithwaiteErnest Nagel, dan Carl G. Hempel. Dengan teliti, Machlup memromosikan bahwa metodologi bukanlah studi tentang "metode yang baik" atau studi tentang "metode yang digunakan", melainkan studi tentang alasan di balik prinsip-prinsip yang mendasari diterima atau ditolaknya berbagai jenis proposisi, sebagai bagian dari tubuh pengetahuan yang teratur, baik secara umum ataupun pada suatu disiplin khusus. Yang dilakukan Johnson (1986) dalam bukunya adalah menampilkan pemahaman mendalam melalui alasan yang mendasari metode yang digunakan oleh para ahli ekonomi.

Bagi Johnson (1986), metodologi itu metode mencakup alasan (reasons) yang menentukan atau mendasari metode yang digunakan oleh ilmuwan. Ilmuwan tidak jarang menggunakan metode penelitian yang berbeda-beda, meski terdapat kesamaan dalam isunya. Metode yang digunakannya memiliki alasan. Itulah metodologi. Perbedaan metodologi itu terjadi karena keragaman pada dimensinya, yaitu:

[1] jenis penelitian yang mereka lakukan (kinds of research), 
[2] filosofinya (philosophic orientation) dan 
[3] jenis pengetahuan yang akan dihasilkan (kinds of knowledge). 

Term “metodologi”, sekurang-kurangnya mencakup ketiga unsur yang saling terkait sebagaimana diperagakan pada Gambar 1. Ada 27 kotak pada gambar tersebut. Masing-masing unsur menunjukkan koordinasi tiga dimensi penelitian yang menjadi titik pijak seorang peneliti. Pengertian term metodologi tersebut, cukup konsisten jika dibandingkan dengan penjelasan metodologi menurut Neuman (2003). Pada pihak lain, term “metode” menurut Johnson (1986) mencakup isu statistik, matematik, riset operasi, analisis input output, analisis manfaat biaya, sistem simulasi, teknik sampling, dan teknik estimasi.


Gambar 1.   Hubungan timbal balik diantara jenis penelitian yang dilakukan, filosofi yang digunakan, dan jenis pengetahuan yang dihasilkan oleh peneliti ilmu ekonomi
Sumber : Johnson (1986 : xvii)
Gambar 1.   Hubungan timbal balik diantara jenis penelitian yang dilakukan, filosofi yang digunakan, dan jenis pengetahuan yang dihasilkan oleh peneliti ilmu ekonomi

Jenis Penelitian

Ada tiga jenis penelitian, yaitu disipliner, subject-matter, dan problem-solving. Bagaimana perbedaannya ?

Penelitian Disipliner

Yaitu penelitian yang didesain untuk mengembangkan suatu disiplin. Dalam ilmu ekopnomi, penelitian tersebut mencakup sejumlah besar penelitian  untuk membangun dan mengembangkan teori ekonomi, teknik kuantitatif bagi ekonom, dan pengukuran fenomena dasar ekonomi serta parameter seperti elastisitas permintaan dan penawaran, mulitpl;ier effect, dan produk nasional bruto. Ilmu ekonomi, seperti halnya ilmu sosial lain, memiliki kelompok penunjang disiplin yanng men\yajikannya dengan alat penelitian. Kelompok penunjangnya mencakup matematika, sejarah, statistik, logika, filsafat, ilmu politik, dan sosialogi.

Penelitian disipliner bisa relevan atau tidak dengan masalah praktis yang dihadapi pembuat keputusan. Pembuat keputusan yang menghadapi masalah praktis mungkin akan salah jika mengacu pada penelitian disipliner, karena akan dibingungkan dengan pertanyaan disipliner.

Penelitian Subject-Matter

Yaitu penelitian multidisipliner terhadap subyek kepentingan pada sehimpunan pengambil keputusan yang menghadapi sehimpunan masalah praktis. Penelitian subject-matter yang terdefinisi dengan baik (well-defined) berhubungan erat terhadap sehimpunan pembuat keputusan dan masalah praktis yang well-defined. Penelitian ini ditunjang oleh komuinikasi berbagai disipli ilmu.

Kebutuhan penelitian disipliner sering muncul dari isu umum yang dihadapi masyarakat pada waktu tertentu. Contohnya pada tahun 1970 dan 1980, sejumlah besar pembuat keputusan sangat memerhatikan sehimpunan masalah tetang energi. Energi adalah subjet multidisipliner yang menggambarkan rekayasa, geologi, ilmu politik, fisika, kimia, dan disiplin lain disamping ilmu ekonomi. Proyek penelitian subject-matter yang besar terhadap masalah energi.

Ahli ekonomi yang terlibat dalam penelitian subject-matter harus mampu bekerja dalam tim dengan ilmuwan lain. Mereka harus bisa berpikiran terbuka. Bisa memahami istilah-istilah yang berbeda tapi punya makna yang sama. Ada jargon-jargon ilmu lain yang harus dipahaminya. Ahli ekonomi harus cakap berkomunikasi dengan ilmuwan lain sedemikian hingga koordinasinya mencapai masalah praktis yang sedang dicari pemecahannya.

Penelitian Problem Solving

Yaitu penelitian yang didesain untuk memecahkan masalah spesifik bagi pembuat keputusan yang spesifik, meskipun dalam beberapa contoh memungkinkan juga untuk menemukan beberapa pembuat keputusan dengan masalah yang sama secara eksak. Jenis penelitian ini dapat didesain untuk memecahkan masalah yang diuhadapi oleh lebih dari 1 pembuat keputusan. Penelitian ini menampilkan pekerjaan multidisipliner. Penelitian ini kompleks. Perlu memastikan perbedaan jenis informasi yang telah diperoleh ahli ekonomi dan beragam orientasi filosofis yang mendasar untuk kerja penelitian ahli ekonomi.

Jenis Pengetahuan

Untuk sementara, mungkin Anda akan dibuat bingung dengan pengertian beberapa jargon jenis pengetahuan setelah alinea ini. Yang dibutuhkan, setidaknya mengenal arti ringkasnya saja dulu sebelum jargon ini menjadi sub bab yang lebih detil pada postingan terpisah.

Pengetahuan Normatif

Pengetahuan tentang nilai baik dan buruk. Pengetahuan ini muncul dari sejak pemikir zaman Yunani Kuno 365 tahun sebelum masehi. Pengetahuan ini memiliki makna yang terlalu luas, sehingga kurang demikian berguna dibandingkan preskriptif.

Pengetahuan "Nilai" (Knowledge of Value)

Adalah sub bagian dari pengetahuan normatif. Pengetahuan ini menghasilkan informasi kondisi baik dan buruk, situasoi, dan ide-ide. Melalui positivisme logis, tidak ada pengalaman baik dan buruk sebagai karakteristik kondisi dunia riil, situasi, dan ide dari perkembangan istilah primitif tak berdefinisi yang melibatkan baiuk dan buruk. Pengetahuan "nilai" akan menerima bahwa suatu nilai akan eksis hanya dalam "pengetahuan pikiran" dan berlaku umum. Contohnya, mayoritas ahli ekonomi akan menyimpulkan bahwa "pajak harus bersifat progressif karena dampaknya tidak akan terlalu merugikan orang kaya dibandinghkan orang miskin".

Pengetahuan Positivistik

Yaitu pengetahuan yang sintetis yang terkait dengan sifat suatu kondisi, situasi, atau gagasan dalam dunia nyata. Pengetahuan yang ditangkap oleh panca indera manusia, tanpa melibatkan "feel" atau rasa (bukan rasa obyek yang disensor melalui lidah manusia).

Pengetahuan Preskriptif

Yaitu pengetahuan tentang apa yang harus atau tidak boleh untuk dilakukan. Preskripsi kadang-kadang diekspresikan dalam "future tenses" sebagai tujuan atau target. Diekspresikan sebagai tindakan dalam saat ini pada saat mereka menyatakan "hukum" secara imperatif, regulasi, moral sosial, dan norma yang diimbangi dengan sanksi.

Orientasi Filosofis

Disini akan ditampilkan keterangan ringkas 3 jargon: positivisme, normativisme, dan pragmatisme. "Ketiga jargon itu disebut sebagai filosofi. Filosofi secara aktif dan meluas digunakan oleh ahli ekonomi. Mereka tidak bisa mengabaikannya", demikian tulis Johnson (1986)

Positivisme

Filosofi ini dipromosikan oleh keberhasilan pengalaman ilmuwan fisika dan biologi dalam metode dan teknik penelitiannya. Filosofinya diemulasi oleh para ahli ekonomi dan sosial lainnya. Positivisme menekankan pengetahuan yang diperoleh oleh panca indera. Positivisme menghindari pengaruh teologis dan metafisik yang menggunakan konsep ketuhanan "akan" dan "tujuan", serta "kekuatan" dan "esensi".

Contohnya, positivis akan menilai pernyataan "air ingin mengalir menuruni bukit" tidak memiliki pengertian empiris dibandingkan dengan pernyataan "air menuruni bukit".

Normativisme

Normativisme muncul karena diundang oleh pertanyaan tentang "benar" atau "salah" serta "baik" atau "buruk". Normativisme berusaha membentuk standar, regulatif. Berusaha mewujudkan gagasan yang ideal. Mereka akan menyeting norma ke dalam perilaku, seperti etika, estetika, dan politik.

Pragmatisme

Filosofi ini memberikan arti khusus dan penting dalam disiplin ilmu ekonomi. Contohnyua, John R. Commons dan  Thorstein Veblen, bapak ekonomi kelembagaan di Amerika, dipengaruhi oleh filsafatnya John DeweyPragmatisme adalah aliran filsafat yang mengajarkan bahwa kebenaran dari segala sesuatu berdasarkan kepada manfaat yang diberikannya.[1] Sesuatu hal ini dinilai dari kebergunaannya bagi tindakan manusia untuk kehidupannya. Pernyataannya dapat berbentuk ucapan, dalil atau teori. Pragmatisme muncul sebagai tradisi pemikiran yang berasal dari dunia Barat dan berkembang khususnya di benua Amerika. Kehadirannya sebagai suatu pemikiran yang berusaha menjawab persoalan kehidupan manusia.[2] Pragmatisme digolongkan sebagai salah satu aliran filsafat abad ke-19 dalam sejarah filsafat Barat.[3] Pelopor pemikiran pragmatisme adalah seorang filsuf Amerika, Chales Sanders Peirce (1839–1914).[4] Tokoh yang berpengaruh dalam pemikiran pragmatisme antara lain William James (1842–1910) dan John Dewey (1859–1952).

Preskripsi Non Pragmatisme 

Banyak ilmu etika dan ekonomi menentukan baik atau buruk tanpa mendekap posisi pragmatik bahwa "kebenaran bebas nilai" dan "kebenaran tentang nilai" saling berhubungan dalam konteks masalah yang sedang diselesaikan. Pemikir seperti C.I. Lewis dalam bukunya "The Ground and Nature of The Right" tidak pragmatik dalam pengertian bahwa ia selalu bersikeras bahwa kebenaran normatif dan positivistik dinilai saling berhubungan.

Eksistensialisme

Beberapa filosofi memengaruhi penelitian ekonomi dan pemikiran ekonomi. Salah satunya adalah eksistensialisme. Dasar eksistensialisme adalah pengetahuan yang dimiliki seseorang adalah pengetahuan tentang keberadaannya sendiri (knowledge one has is knowledge of one's own existence). Dasar ini berpengaruh pada penekanan individu dan individuality, dalam pengertian seseorang akan meningkatkan pengetahuan orang lain dengan memperluas peran dan identitasnya. Dalam tulisan akademik kita memerolehnya dengan hasil ulasan literatur, yang kemudian menginspirasi state of the art atau novelty yang perlu ditambahkan untuk menyempurnakan pengetahuan tertentu.


Referensi

  1. Johnson, Glenn L. 1986. Research Methodology for Economists : Philosophy and Practice. Macmillan Publishing Company. New York.
  2. Neuman, W Lawrence. 2003. Social Research Methods : Qualitative and Quantitative Approaches. Pearson Education. Inc. Fifth Edition. United State of America.
  3. Machlup, Fritz. 1978. Methodology of Economics and Other Social Sciences, 1 ed., Elsevier.





FITUR MICROSOFT MATH ADD-IN

  FITUR MICROSOFT MATH ADD-IN Yuhka Sundaya Departemen Ekonomi Pembangunan Unisba 2022 Klik menu “mathematics” pada MS.Word, sedemikian hing...