MASALAH PENELITIAN
Saya selalu ‘aga’
gagap ketika menjawab pertanyaan ”apa masalah penelitiannya ?”. Adakah yang senasib dengan Saya ? 😂Variasi jawaban ketika dulu kuliah adalah :
2. Menjawab dengan pertanyaan penelitiannya.
3. Menjawab dengan tujuan penelitiannya.
4. Sama sekali tidak menjawab dan terlihat bingung.
Semuanya salah gaes 😂, dan paling tidak diomel-omelin pembimbing.
Masalah penelitian ini penting pada tahap awal penelitian, baik dalam bentuk skripsi, tesis maupun disertasi, karena akan menentukan sekuen atau tahapan penelitian selanjutnya. Jika masalah tidak jelas atau tidak terdefinisi, maka pertanyaan penelitian, tujuan dan komponen lainnya menjadi tidak ada gunanya. Bisa di ’cap’ dengan sebuah ungkapan yang membuat perasaan tidak enak dan ingin menangis, ”penelitiannya ngga jelas’. Dengan kata lain, penelitian itu tidak memiliki orientasi terhadap masalah.
Beberapa keterangan mungkin banyak kita dengar, mengatakan bahwa ”masalah adalah gap antara teori dengan fakta.
Gambar 1. Cover Buku Research Methods: A Process of Inquiry. Graziano dan Raulin, 2014
Ada baiknya kita pahami dulu, ”kenapa melakukan penelitian ?”. Katanya untuk memeroleh sains. “Apa tujuan memeroleh sains ?”. “Tujuannya adalah untuk memeroleh pengetahuan mengenai alam semesta”, tutur GR2014. ”Untuk memahami fenomena alam”, tegas mereka.
Terus, ’sains’ itu apa sih ? kadang Saya juga suka ketuker ama ’pengetahuan’, ’ilmu’, bahkan gabungannya ’ilmu pengetahuan’. ”Sains atau science adalah salah satu cara berpikir yang melibatkan pemikiran rasional yang kontinyu dan sistematis dan pengamatan empiris” kata GR2014. Ada dua frase yang Saya tebalkan.
Pemikiran rasional itu apa ? Rasional adalah cara memeroleh pengetahuan melalui penalaran atau reasoning. ’Informasi yang ada’ dinyatakan dengan hati-hati mengikuti aturan logis untuk mencapai simpulan yang dapat diterima. Coba pahami silogisme yang disebut ‘deduktif klasik’ ini:
Premis Minor ⇒ Ini adalah burung gagak.
Simpulan diambil secara logis dari premis mayor dan premis minor. Tapi, coba amati, bahwa proses logis yang sama akan mengarah pada penolakan simpulan berikut:
Premis Mayor ⇒ Semua gagak berwarna hitam.Namun, empirisme juga memiliki keterbatasan. Ada dua jenis empirisme: empirisme naïve dan sofistik. Pernyataan "Saya tidak akan percaya kecuali saya melihatnya!" adalah contoh empirisme naïve. Misalnya :
”Anda belum pernah melihat Hong Kong, Praha, nyack, atau Air Terjun Chippewa”; apakah ini berarti tempat-tempat ini tidak ada?
”Karena Anda belum pernah melihat gravitasi atau virus campak”; haruskah Anda menyimpulkan bahwa Anda tidak akan pernah jatuh atau tertular campak?
”Saya tidak pernah ditabrak saat berjalan di tengah jalan raya"; apakah itu berarti Anda dapat terus berjalan di jalan raya tanpa diperingati polisi atau pengendara lain ?
Bagaimana bila Anda melihat dengan jelas sesuatu yang ternyata ilusi, seperti pada Gambar 2?

Gambar 2. Realitas ataukah Ilusi ?
Empirisme sofistik melangkah lebih jauh. Orang tidak dapat melihat panas atau gravitasi atau, tanpa bantuan penglihatan, virus campak. Namun, mereka dapat mengamati kenaikan merkuri melalui termometer ketika mereka menaikan suhu panas, atau melihat benda jatuh ke tanah, dan melihat virus melalui elektron mikroskop. Pengamatan empiris dalam sains tidak terbatas pada pengamatan langsung. Kita juga bisa mengamati fenomena secara tidak langsung dengan mengamati dampaknya terhadap objek lain, seperti termometer tadi.
Bagaimana naïve dan sofistik empirisme pada area studi ekonomi ? Ekonom, mungkin, banyak menangkap fakta dengan indera penglihatan, N. Namun ketika menggali data primer dengan wawancara, ekonom menggunakan juga indera pendengaran, O, untuk mencatat suatu fakta yang disampaikan oleh responden. Contoh naïve empirismenya adalah :
- Orang yang menganggur yang kita lihat disuatu kampung;
- Harga kopi Americano yang tertera pada menu sebuah café;
- Jumlah cadangan beras yang ada di Gudang BULOG;
- Jumlah hasil panen padi;
- Jumlah produksi pakaian;
- Nilai tabungan pada buku tabungan Bapak Surya;
- Nilai kredit pada neraca Bank Spiritual;
Data yang dipublikasikan sebuah instansi, seperti misalnya Badan Pusat Statistik dan Bank Indonesia, menampilkan data sekunder yang dapat kita terima sebagai naïve empirisme. Dapat digunakan untuk melakukan pengamatan empiris. Data sekunder adalah hasil rekaman yang bisa satu titik atau tempat, antar tempat atau kita sebut dengan cross section, dan antar waktu atau kita sebut dengan time serius atau data runtun waktu. Cross section menampilkan variasi atau perbedaan antar subyek atau obyek, misalnya ”jumlah hasil panen padi di Haji Darmin dengan Haji Suryo”. Time series menampilkan variasi atau perbedaan dari satu waktu ke waktu lain, misalnya ”pada kuartal pertama 2020 hasil panen padi Haji Darmin sebanyak 10 ton, dan pada kuartal kedua tahun yang sama hasil panennya sebanyak 12 ton”. Contoh itu menampilkan data primer yang hanya merekam perilaku individual. Ekonom memerlukan juga data yang menampilkan perilaku umum atau populasi, oleh karena itu memerlukan data sekunder. Misalnya, ”Pengangguran terbuka di Negara Indonesia sebanyak 300 ribu orang pada Tahun 2020”, data sekunder ini merekam populasi orang yang tidak punya pekerjaan sama sekali pada Tahun 2020, bukan penganggur individual seperti contoh naïve empirisme sebelumnya.
Bagaimana dengan sofistik empirisme pada area studi ekonomi? Temuan ini biasa ditampilkan sebagai bentuk hasil studi atau penelitian setelah seorang ekonom memilki pola yang sistematik dan terukur. Tidak seperti termometer yang dicontohkan GR2014, melainkan melalui model kuantitatif atau kualitatif yang dikonstruksi terlebih dahulu oleh seorang ekonom. Model adalah alat yang dapat digunakan untuk uji coba atau simulasi agar dapat memperoleh informasi mengenai respon suatu subyek atau obyek seandaikan diberikan perlakuan perubahan tertentu. Sofistik empirisme ini tentu tidak cocok untuk membuka masalah penelitian, karena telah melalui proses pengolahan data. ”Berasnya telah menjadi nasi goreng”.
Idea-Generating Phase untuk membuka masalah penelitian
Pemahaman tentang ‘sains’ sepertinya menjadi modal awal
untuk memutuskan masalah penelitian yang perlu diteliti. GR2014 menyebutnya
dengan ‘fase memunculkan idea’ atau idea-generating phase.
Fase awal memunculkan ide dapat dimulai dengan pemikiran yang kabur, dan ide awal dapat muncul dengan cara yang sangat tidak sistematis. Archimedes, ”konon memiliki kilasan pemikiran kreatif saat duduk di bak mandi” tulis GR2014. ”Ide bisa dimunculkan saat bercakap-cakap, menonton televisi, berjalan-jalan di hutan, menyeberang jalan, atau bahkan sambil bermimpi” tutur mereka berikutnya. “Namun, para ilmuwan menghasilkan sebagian besar ide penelitian secara sistematis dari hasil penelitian lainnya” tutur mereka. Ide-ide pencarian ulang ’atas sesuatu subyek atau obyek’ bervariasi dari firasat yang tidak sistematis hingga langkah-langkah yang sangat sistematis dan tepat menurut pemikiran logis. Tipe pertama adalah yang paling khas dari penelitian eksplorasi, yang terjadi pada awal sejarah suatu area penelitian; dan yang terakhir adalah karakteristik penelitian pada tingkat yang lebih maju dari area penelitian.
Berargumentasi di Latar Belakang
Contoh
Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi dan Persentase Penduduk yang Hidup di Bawah Garis Kemiskinan, ASEAN Member States (AMS), 2020.
Negara |
Pertumbuhan PDB Harga
Konstan |
Persentase Penduduk
yang Hidup di Bawah Garis Kemiskinan |
Brunei Darussalam |
3.9 |
NA |
Cambodia |
7.1 |
13.5 |
Indonesia |
5.0 |
9.8 |
Lao PDR |
6.4 |
23.4 |
Malaysia |
4.3 |
0.4 |
Myanmar |
6.2 |
24.8 |
Phillippines |
6.0 |
16.6 |
Singapore |
0.7 |
NA |
Thailand |
2.4 |
7.9 |
Viet Nam |
7.0 |
6.8 |
AMS |
4.6 |
12.9 |
Premis Mayor |
Ekonomi AMS
tumbuh sebesar 4.6 % dengan tingkat kemiskinan 12.9%. |
Premis Minor |
Pertumbuhan ekonominya memilki
besaran yang berbeda-beda. |
Premis Minor |
Pertumbuhan ekonomi Cambodia dan Viet Nam levelnya 7 %. |
Premis Minor |
Pertumbuhan ekonomi Lao PDR,
Myanmar dan Phillippines levelnya 6 %. |
Premis Minor |
Pertumbuhan
ekonomi Indonesia levelnya 5 persen. |
Premis Minor |
Pertumbuhan
ekonomi Malaysia dan Brunei Darussalam levelnya sekitar 4 %. |
Premis Minor |
Pertumbuhan ekonomi Thailand dan
Singapore secara berurutan 2.4% dan 0.7%. |
Premis Minor |
% penduduk miskin tertinggi berada
di negara AMS dengan level pertumbuhan ekonomi tertinggi. |
Simpulan rasional (bukan simpulan penelitian, melainkan keterangan logis yang menjadi embrio penelitian empiris):
Referensi
The ASEAN Secretariat. (2021, August 8). About ASEAN. Retrieved from Association of Southeast Asian Nations: https://asean.org/about-us/